ISD BAB VIII: PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT

Minggu, 25 Januari 2015

Nama          : Winda Setianingsih
NPM           : 2C314267
Kelas          : 1TB03

BAB VIII
PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT

A.          Perbedaan Kepentingan
Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku dari individu. Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi  kepentingannya. Kepentingan ini bersifat esensial bagi kelangsungan kehidupan individu itu sendiri. Jika individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka mereka akan merasa puas dan sebaliknya bila gagal akan menimbulkan masalah bagi diri sendiri maupun bagi lingkungannya.
Individu yang berpegang pada prinsipnya saat bertingkah laku, maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu tersebut dalam masyarakat merupakan kepuasan pemenuhan dari kepentingan tersebut. Oleh karena itu, individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang yang sama persis dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohaninya. Dengan itu, maka akan muncul perbedaan kepentingan pada setiap individu, seperti:
1.    Kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang.
2.    Kepentingan individu untuk memperoleh harga diri.
3.    Kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama.
4.    Kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan posisi.
5.    Kepentingan individu untuk dibutuhkan orang lain.
6.    Kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan didalam kelomponya.
7.    Kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
8.    Kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri.
Dalam hal diatas menunjukkan ketidakmampuan suatu ideologi mewujudkan idealisme yang akhirnya akan melahirkan suatu konflik.  Hal mendasar yang dapat menimbulkan suatu konflik adalah jarak yang terlalu besar antara harapan dengan kenyataan pelaksanaan. Perbedaan kepentingan ini tidak secara langsung menyebabkan terjadinya konflik tetapi ada beberapa fase, yaitu Fase Disorganisasi dan Fase Prasangka, Diskriminasi, dan Ethnosentrisme.
B.    Prasangka, Diskriminasi, dan Ethnosentrisme
1.             Pengertian Prasangka dan Diskriminasi
Prasangka (prejudice) diaratikan suatu anggapan terhadap sesuatu dari seseorang bahwa sesuatu itu buruk dengan tanpa kritik terlebih dahulu. Bahasa arab menyebutnya “suudzon”. Orang, secara serta merta tanpa timbang-timbang lagi bahwa sesuatu itu buruk. Disisi lain bahasa arab “khusnudzon” yaitu anggapan baik terhadap sesuatu.
Prasangka ini sebagian besar sifatnya apriori, mendahului pengalaman sendiri (tidak berdasarkan pengalaman sendiri), karena merupakan hasil peniruan atau pengoperan langsung pola orang lain. Prasangka bisa diartikan suatu sikap yang telampau tergesa-gesa, berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat, sifat berat sebelah, dan dibarengi proses simplifikasi (terlalu menyederhanakan) terhadap sesuatu realita. Dalam kehidupan sehari-hari prasangka ini banyak dimuati emosi-emosi atau unsur efektif yang kuat.

2.             Perbedaan Prasangka dan Diskriminasi
Prasangka adalah bersikap negatif terhadap sesuatu. Tidak sedikit orang yang mudah berprasangka, namun banyak pula yang sulit untuk berprasangka. Tampaknya kepribadian dan intelegensia, serta faktor lingkungan cukup berkaitan dengan munculnya prasangka. Antara prasangka dan diskriminasi dapat dibedakan dengan prasangka bersumber dari suatu sikap, diskriminasi menunjuk kepada tindakan.

3.             Sebab-sebab timbulnya Prasangka dan Diskriminasi
     Latar belakang sejarah.
     Dilatar belakangi oleh perkembangan Sosio-Kultural dan Situasional.
     Bersumber dari faktor kepribadian.
     Perbedaan keyakinan, kepercayaan, dan Agama

4.             Usaha mengurangi / menghilangkan Prasangka dan Diskriminasi
     Perbaikan kondisi Sosial Ekonomi.
     Perluasan kesempatan belajar.
     Sikap terbuka dan sikap lapang.

5.              Pengertian Ethnosentrisme
Ethnosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan dipergunakan sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain. Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolak ukur kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung, tidak luwes.
Akibatnya etnosentrisme penampilan yang etnosentrik, dapat menjadi penyebab utama kesalah pahaman dalam berkomunikasi.Etnosentrisme dapat dianggap sebagai sikap dasar ideologi Chauvinisme pernah dianut oleh orang-orang Jerman pada zaman Nazi Hitler. Mereka merasa dirinya superior, lebih unggul dari bangsa-bangsa lain, dan memandang bangsa-bangsa lain sebagai inferior, lebih rendah, nista dsb.

C.          Pertentangan-Pertentangan Sosial/Ketegangan Dalam Masyarakat
Konflik atau pertentangan mengandung pengertian tingkah laku yang lebih luas daripada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar. Dalam hal ini terdapat tiga elemen dasar yang merupakan ciri dari situasi konflik, yaitu:
1.    Terdapat dua atau lebih bagian yang terlibat dalam konflik.
2.    Memiliki perbedaan yang tajam dalam, kebutuhan, tujuan, masalah, sikap, maupun gagasan-gagasan.
3.    Terdapat interaksi diantara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan.
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengan kebencian atau permusuhan, konflik dapat terjadi pada lingkungan:
1.    Pada taraf di dalam diri sendiri
2.    Pada taraf kelompok
3.    Pada taraf masyarakat
Adapan cara pemecahan konflik tersebut adalah sebagai berikut:
1.     Elimination
2.    Subjugation atau Domination
3.    Majority Rule
4.    Minority Consent
5.    Compromise
6.    Integration

D.          Golongan-Golongan Yang Berbeda Dan Integrasi Sosial
Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan oleh kesatuan nasional yang berwujudkan Negara Indonesia. Masyarakat majemuk dipersatukan oleh sistem nasional yang mengintegrasikannya melalui jaringan-jaringan pemerintahan, politik, ekonomi, dan sosial. Aspek-aspek dari kemasyarakatan tersebut, yaitu Suku Bangsa dan Kebudayaan, Agama, Bahasa, Nasional Indonesia.
Masalah besar yang dihadapi Indonesia setelah merdeka adalah integrasi diantara masyarakat yang majemuk. Integrasi bukan peleburan, tetapi keserasian persatuan. Masyarakat majemuk tetap berada pada kemajemukkannya, mereka dapat hidup serasi berdampingan (Bhineka Tunggal Ika), berbeda-beda tetapi merupakan kesatuan. Adapun hal-hal yang dapat menjadi penghambat dalam integrasi:
     Tuntutan penguasaan atas wilayah-wilayah yang dianggap sebagai miliknya.
     Isu asli tidak asli, berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi antar warga negara Indonesia asli dengan keturunan (Tionghoa,arab).
     Agama, sentimen agama dapat digerakkan untuk mempertajam perbedaan kesukuan.
     Prasangka yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang anggota golongan tertentu
Integrasi Sosial adalah merupakan proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat menjadi satu kesatuan. Unsur yang berbeda tersebut meliputi perbedaan kedudukan sosial,ras, etnik, agama, bahasa, nilai, dan norma. Syarat terjadinya integrasi sosial antara lain:
-          Anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan mereka.
-           Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma dan nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan pedoman.
-          Nilai dan norma berlaku lama dan tidak berubah serta dijalankan secara konsisten.
Integrasi Internasional merupakan masalah yang dialami semua negara di dunia, yang berbeda adalah bentuk permasalahan yang dihadapinya. Menghadapi masalah integritas sebenarnya tidak memiliki kunci yang pasti karena latar belakang masalah yang dihadapi berbeda, sehingga integrasi diselesaikan sesuai dengan kondisi negara yang bersangkutan, dapat dengan jalan kekerasan atau strategi politik yang lebih lunak. Beberapa masalah integrasi internasional, antara lain:
1.    perbedaan ideology
2.    kondisi masyarakat yang majemuk
3.    masalah teritorial daerah yang berjarak cukup jauh
4.    pertumbuhan partai politik
Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk memperkecil atau menghilangkan kesenjangan-kesenjangan itu, antara lain:
1.    Mempertebal keyakinan seluruh warga Negara Indonesia terhadap Ideologi Nasional.
2.    Membuka isolasi antar berbagai kelompok etnis dan antar daerah/pulau dengan membangun saran komunikasi, informasi, dan transformasi.
3.    Menggali kebudayaan daerah untuk menjadi kebudayaan nasional.
4.    Membentuk jaringan asimilasi bagi kelompok etnis baik pribumi atau keturunan asing.

E.          Integrasi Nasional
Integrasi Nasional adalah penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa. Selain itu dapat pula diartikan bahwa integrasi bangsa merupakan kemampuan pemerintah yang semakin meningkat untuk menerapkan kekuasaannya di seluruh wilayah (Mahfud MD, 1993: 71).
-          Integrasi tidak sama dengan pembauran atau asimilasi.
-          Integrasi diartikan integrasi kebudayaan, integrasi sosial, dan pluralisme sosial.
-          Pembauran dapat berarti asimilasi dan amalganasi.
-          Integrasi kebudayaan berarti penyesuaian antar dua atau lebih kebudayaan mengenai berapa unsur kebudayaan (cultural traits) mereka, yang berbeda atau bertentangan, agar dapat dibentuk menjadi suatu sistem kebudayaan yang selaras (harmonis).
-          Melalui difusi (penyebaran), di mana-mana unsur kebudayaan baru diserap ke dalam suatu kebudayaan yang berada dalam keadaan konflik dengan unsur kebudayaan tradisional tertentu.

SUMBER:

0 komentar:

Posting Komentar

Enjoy my world, guys
Diberdayakan oleh Blogger.