Merasakan Berada Di Dalam Menara Miring Jakarta

Minggu, 28 Januari 2018

Merasakan Berada Di Dalam Menara Miring Jakarta


Oleh:
Winda Setianingsih


Ketika mendengar kalimat “Menara Miring” pasti dibenak yang terpikirkan oleh kita adalah sebuah Menara Pisa bersejarah yang terletak di Roma, Italia. Benar, bukan?
Menara Syahbandar, Jakarta
Sumber: Dok. Pribadi, 2017.

Bangunan miring pasti menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Bagaimana tidak? Pada umumnya, bangunan memiliki bentuk yang berdiri tegak agar terlihat kokoh, akan tetapi bangunan ini miring seperti terlihat akan roboh. Dengan rasa penasaran tinggi, banyak wisatawan yang rela jauh-jauh datang ke Menara Syahbandar ini hanya untuk menyaksikan bangunan miring tersebut yang tentunya terdapat sejarah didalamnya mengapa bangunan tersebut menjadi miring.

Tak hanya Menara Pisa di Italia, di Indonesia khususnya di Jakarta, juga memiliki bangunan miring bersejarah, yaitu Menara Syahbandar. Menara dengan dominan cat berwarna putih ini menghadap ke arah utara. Menara ini awalnya terlihat kokoh seperti bangunan pada umumnya.  Akan tetapi, semakin bertambahnya usia menara ini yang semakin tua dan letak menara yang berada di pinggir aliran sungai, membuat semakin lama terlihat semakin miring   posisinya ke arah selatan karena tanah tidak kuat menahan beban menara ini. Oleh karena itu sering dijuluki sebagai “Menara Miring” atau “Menara Pisa Jakarta”.

Posisi Menara Syahbandar ini berada di sisi jalan raya Pasar Ikan, dimana setiap hari padat oleh kendaraan dan tak jarang didominasi jenis kendaraan berat seperti truk besar, sehingga menambah beban getar menara. Menara ini juga disebut "Menara Goyang" karena jika kita berada di dalam menara ini akan merasakan goyang ketika kendaraan besar melewati sekitarnya. Hal itu akan sangat terasa apabila kita berada di dalam puncak Menara Syahbandar. Untuk mencapai puncak Menara Syahbandar, kita harus menaiki sebuah tangga dengan jumlah anak tangga sebanyak 77 dengan berbahan kayu jati yang berlapis cat berwarna merah. Di puncak Menara Syahbandar inilah pengunjung dapat menyaksikan teritorial kota tua Jakarta dengan hembusan angin segar yang menyenangkan.

Ketika berada di puncak menara miring ini, penulis sama sekali tidak merasakan kemiringan yang signifikan. Melainkan, penulis merasakan bangunan ini miring ketika melihat Menara Syahbandar ini dari sekitar menara ini.  Kemiringan dari bangunan ini dapat dirasakan juga ketika berada di lantai satu dan dua Menara Syahbandar ini. Ini dibuktikan dengan ketika penulis berjalan melihat prasasti-prasasti di Menara Syahbandar ini terasa seperti miring. Menurut pengelola setempat, Menara Syahbandar ini dulunya merupakan menara pemancar. Maka dari itu,  koleksi-koleksi yang berada di dalam Menara Syahbandar tepatnya yang berada di lantai satu dan dua yaitu berupa prasasti-prasasti berupa teropong-teropong yang dahulu dipakai untuk melihat kapal-kapal yang akan berlabuh. Cukup unik, bukan? Banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara sangat tertarik untuk mengunjungi  Menara Syahbandar ini, yaitu ingin merasakan miringnya bangunan ini dan membuktikan apakah benar bangunan ini terasa miring. Akan tetapi, jika dibiarkan wisatawan tetap mengunjungi menara ini tanpa dibatasi, hal ini akan membuat Menara Syahbandar lama-lama menjadi roboh dikarenakan beban yang berlebih. Untuk itu, perlu perhatian khusus agar bangunan bersejarah ini tetap berdiri meskipun bangunannya sudah terlihat miring. Perhatian itu dapat berupa penyanggaan pada bangunan salah satunya, agar Menara Syahbandar ini tidak semakin miring.

Dengan melihat menara miring ini, juga menyadarkan bahwa lahan di Jakarta semakin mengalami penurunan. Beruntungnya, bahan material di menara tersebut tidak semuanya terbuat dari beton, pada bagian lantai, tangga, dinding dan jendela puncak menara serta atapnya terbuat dari kayu yang berlapis cat. Sehingga tidak membuat beban bangunan semakin bertambah yang memungkinkan Menara Syahbandar akan menjadi roboh.


Enjoy my world, guys
Diberdayakan oleh Blogger.