Konservasi Bangunan Kedai Seni Djakarte

Kamis, 02 Agustus 2018


Konservasi Bangunan Kedai Seni Djakarte






Kedai Seni Djakarte dibangun dari kombinasi teknologi lama dan baru dengan dinding pengisi eksternal dan internal dinding pasangan dengan lantai beton bertulang di tanah dan tingkat lantai pertama dan tangga beton tetapi dilapisi marmer. Ada balok beton dan dermaga untuk membantu menjangkau ruang lantai yang luas tetapi struktur atap berbingkai kayu tradisional dan genteng terakota. Eksterior dibuat dan dicat dan memiliki atap yang sangat lebar untuk naungan dan perlindungan cuaca. Tidak ada AC di gedung sehingga ventilasi alami melalui pintu dan jendela yang terbuka diperlukan. Bangunan Kedai Seni Djakarte 2 lantai adalah konstruksi batu bata yang dibuat dengan atap ubin terakota curam dengan atap lebar. Area lantai dasar dari café Djakarte saat ini adalah sekitar 160 m2 dan luas lantai yang sama di lantai atas. Tidak ada ruang luar yang dapat diakses sebagai bagian dari kafe ini. Sebagian dari jalan digunakan sebagai area makan ruang luar bagi pengunjung.


Ada dua ruang utama di lantai dasar masing-masing sekitar 60 m2. Ruang-ruang itu antara lain area makan dan dapur kafe, serta terdapat pula toilet dan ruang penyimpanan. Di lantai pertama adalah dua kamar makan berukuran sama yang menghadap ke jalan. Ini ruang juga digunakan sebagai galeri seni kecil. Bangunan ini tidak menggunakan AC, namun terdapat sebuah kipas ekstraksi exhaust yang besar. Tangga berlapis marmer mengarah dari lantai dasar ke lantai pertama. Pegangan tubular dari perunggu hilang dan langkan besi tempa yang terbuka adalah bahaya. Ada dua toilet di bangunan ini, yaitu lantai dasar di bawah tangga dan lantai 1. Serta terdapat pula mushola di area lantai satu. Bangunan ini tidak memiliki teras dan memiliki jendela agar cahaya dapat masuk ke dalam ruangan.
Pemugaran bangunan Kedai Seni Djakarte baru-baru ini telah mempertahankan keaslian bentuk asli bangunan dan ini memberikan kontribusi untuk interpretasi yang lebih baik dari daerah tersebut. Pandangan ke dan dari fasad utama kompleks di jalan Kali Besar Timur sangat penting, karena ini adalah jalan utama di Kota Tua dan pandangan yang lebih jauh dari seberang kanal pusat memungkinkan ensemble fasad jalan untuk dilihat bersama di konteks dengan situs komersial utama lainnya dan dengan sisa turun dan struktur lainnya. Fasad merupakan bagian dari vista yang sangat penting yang menunjukkan lapisan perubahan jenis dan gaya bangunan dari waktu ke waktu dalam sejarah Kota Tua.


 Pada bagian interior bangunan Kedai Seni Djakarte ini terkesan klasik seperti tempo dulu, terlihat dari penggunaan furniture, material-material yang digunakan serta penataan ruangannya. Sehingga, keaslian bangunan ini masih tetap terjaga dan dapat dirasakan jelas oleh pengunjung.



Saat ini sudah dilakukan revitalisasi bangunan Kedai Seni Djakarte sebagai kafetaria oleh UNESCO. Penanganan pelestarian bangunan Kedai Seni Djakarte dalam upaya konservasi adalah dengan cara Adaptive reuse dimana penggunaan kembali bangunan tua/bersejarah dengan mengubah fungsi awal bangunan dengan menyesuaikan pada keadaan sekarang. Dengan melalui beberapa tahap yaitu; understanding, implementation, dan evaluation. Tahap Understanding dan Implementation dengan cara memahami terlebih dahulu sejarah bangunan, baik estetik bangunan dalam segi elemen bentuk dan material. Sehingga tidak merusak atau mengubah eksistingnya karena dalam melestarikan atau merenovasi bangunan peninggalan tidak boleh mengubah bentuk aslinya karena bangunan tersebut memiliki nilai historis tersendiri. Selain itu juga harus memperhatikan konteks sekitar bangunan.
Bangunan Kedai Seni Djakarte merupakan salah satu peninggalan sejarah yang berada dikawasan Cagar Budaya, sehingga memiliki nilai historis yang cukup tinggi. Bangunan ini termasuk golongan B dengan gaya arsitektur kontemporer. Dalam konservasi arsitektur, untuk jenis bangunan cagar budaya dapat diterapkan Adaptive reuse dimana penggunaan kembali bangunan tua/bersejarah dengan mengubah fungsi awal bangunan dengan menyesuaikan pada keadaan sekarang (untuk fungsinya). Pembaruan bangunan harus dipahami terlebih dahulu sejarah bangunannya sehingga tidak merubah bentuk bangunan. Pembaruan pada bangunan Kedai Seni Djakarte akan cocok apabila menerapkan seni yang berkaitan dengan Jakarta dan sejarahnya, karena sesuai dengan nama café tersebut sehingga dapat menarik perhatian pengunjung dan sekaligus memberi pengetahuan.




Sumber:


Mengenal Lebih Dalam Bangunan Kedai Seni Djakarte

Sabtu, 21 Juli 2018


Mengenal Lebih Dalam Bangunan Kedai Seni Djakarte

 


                Di postingan sebelumnya, saya sudah menjelaskan mengenai salah satu contoh bangunan cagar budaya yang akan dibahas yaitu Kedai Seni Djakarte yang terletak di Jakarta Barat, tepatnya di Kawasan Kota Tua. Kafe ini sebelumnya adalah bagian dari asuransi kompleks gedung ce yang disebut Batavia Zee en Brand Assurantie Mij. Bangunan ini dirancang dan dibangun pada awal abad ke-20 oleh arsitek PAJ Moojen. Fasad utama 3 lantai, yang menghadap Jalan Kali Besar dipengaruhi oleh gaya Neo-Klasik, sedangkan bagian belakang, menghadap Jalan Pintu Besar adalah struktur 2 lantai yang lebih sederhana yang khas dari bangunan pasangan bata Eropa di daerah tersebut. Lokasi Kedai Café Seni Djakarte saat ini pada mulanya merupakan bagian dari garasi dan bagian gudang dari kompleks Zee en Brand Assurantie Batavia Mij.

 
Dalam  perjalanannya, gedung asuransi ini pernah mengalami beberapa ganti kepemilikan dan alih fungsi bangunan. Pada tahun 1941, gedung ini pernah menjadi gedung Java Sea & Fire Insurance Co. Ltd. Plakatnya masih tertempel di dinding luar, di antara dua pintu besarnya. Sekitar tahun 1963 gedung ini diambil alih oleh perseorangan. Foto lawas memperlihatkan bahwa gedung tersebut berubah menjadi gedung Bar-Bar. Hal ini diketahui dari tulisan Bar di atas pintu besar yang berada di selatan, dan tulisan Bar yang satunya ditempatkan di atas pintu besar yang berada di utara. Pada tahun 1983 gedung ini selanjutnya dijadikan kantor untuk gudang distribusi alkohol ke apotek-apotek yang ada di Jakarta. Lalu, pada tahun 1990 gedung ini ditinggalkan dan dibiarkan kosong lagi. Sehingga, gedung ini hampir ambruk di mana atapnya sudah rontok. Pada tahun 1998 bagian dari gedung ini yang menghadap ke Kali Besar, kepemilikannya berpindah tangan ke Jasa Raharja. Sedangkan, bagian bangunan yang menghadap ke Museum Sejarah Jakarta pada tahun 2008 difungsikan untuk usaha tekstil.


Pada tahun 2013 gedung ini menjadi sebuah kafe setelah memperbaiki bagian atapnya yang rusak. Kafe ini diberi nama Kedai Seni Djakarte, dan dikelola oleh Susi Ratnawati. Di awal 2014 kembali dilakukan perbaikan karena ternyata saluran air rusak. Kemudian di tahun 2015, Kedai Seni Djakarte mendapat bantuan dari UNESCO. Tujuan utama dalam pemugaran ini adalah perbaikan kuda-kuda atap yang lapuk untuk menjamin kekokohan dan perpanjangan umur bangunan. Selain itu juga dalam upaya untuk memperbaiki tampak bangunan agar utuh dan sesuai dengan kondisi aslinya. Pekerjaan ini adalah proyek percontohan pemugaran bangunan cagar budaya oleh UNESCO Jakarta, yang merupakan bagian dari program revitalisasi Kota Tua Jakarta. Fasad bangunan ini relatif sederhana dengan desain bata sederhana dengan jendela kayu dan daun jendela. Tidak memiliki hiasan dekoratif kecuali lampu utama jendela kaca di atas kanopi kayu dari dua pintu utama.


Area lantai dasar dari café Djakarte saat ini adalah sekitar 160 m2 dan luas lantai yang sama di lantai atas. Tidak ada ruang luar yang dapat diakses sebagai bagian dari kafe ini. Sebagian dari jalan digunakan sebagai area makan ruang luar bagi pengunjung. Ada dua ruang utama di lantai dasar masing-masing sekitar 60 m2. Ruang-ruang itu antara lain area makan dan dapur kafe, serta terdapat pula toilet dan ruang penyimpanan.
Di lantai pertama adalah dua kamar makan berukuran sama yang menghadap ke jalan. Ini ruang juga digunakan sebagai galeri seni kecil. Bangunan ini tidak menggunakan AC, namun terdapat sebuah kipas ekstraksi exhaust yang besar. Tangga berlapis marmer mengarah dari lantai dasar ke lantai pertama. Pegangan tubular dari perunggu hilang dan langkan besi tempa yang terbuka adalah bahaya. Pegangan kayu bulat baru-baru ini dipasang sebagai pegangan pengganti yang lebih murah dan untuk alasan keamanan.


Ada dua toilet di bangunan ini, yaitu lantai dasar di bawah tangga dan lantai 1. Serta terdapat pula mushola di area lantai satu. Bangunan ini tidak memiliki teras, namun gedung café Djakarte memiliki jendela agar cahaya dapat masuk ke dalam ruangan.


Nama kafe ini memang terdengar agak unik. Ide membuat kedai dan galeri pun hadir setelah pemugaran selesai. Pada awalnya, galeri menjadi ide pertama karena suami dari pengelola kafe ini adalah seorang seniman. Tapi karena melihat pasar, akhirnya menghidupkan terlebih dahulu sisi kedainya.  Jadi, penamaan kedai seni ini sesungguhnya lahir dari ide untuk membuat kedai dan toko seni. Namun, sekarang ini rencana tersebut seiring waktu sudah mulai mendekati kenyataannya. Lantai 1 digunakan sebagai kafe yang menyediakan berbagai aneka masakan dan minuman, dan lantai 2 pengunjung bisa melihat berbagai lukisan hasil karya pemilik kedai ini, yang tak lain adalah suami dari pengelola kedai seni ini.
 







Sumber:




Konservasi Arsitektur: Kedai Seni Djakarte

Minggu, 06 Mei 2018


Konservasi Arsitektur: Kedai Seni Djakarte


Konservasi suatu bangunan kolonial khususnya di Jakarta, merupakan bentuk apreasiasi pada perjalanan sejarah bangsa Indonesia, pendidikan dan pembangunan wawasan intelektual bangsa antar generasi. Konservasi bukan berarti cara untuk mengenang kolonialisme dan ketidakberdayaan bangsa, tetapi mempertahankan kemerdekaan yang sudah diraih dengan mengisi karya-karya yang lebih baik. Dengan demikian sangat keliru bilamana suatu program pelestarian hanya ditujukan untuk tujuan estetika atau romantisme masa lalu belaka.

Konservasi adalah upaya yang dilakukan manusia untuk melestarikan atau melindungi alam.  Secara harfiah, konservasi berasal dari kata bahasa Inggris, yaitu conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan. Kegiatan konservasi antara lain: preservasi, restorasi, replikasi, rekonstruksi, revitalisasi dan/atau penggunaan untuk fungsi baru suatu aset masa lalu, rehabilitasi. Aktivitas tersebut tergantung dengan kondisi, persoalan dan kemungkinan yang dapat dikembangkan dalam upaya pemeliharaan lebih lanjut. Dari pengertian mengenai konservasi tersebut, maka seharusnya memungkinkan fungsi bangunan lama untuk dimanfaatkan untuk kegiatan baru yang lebih relevan selain memungkinkan pula pengalihan kegiatan lama oleh aktivitas baru tanpa harus menghancurkannya. Persoalan pelestarian bangunan tidak saja memfokuskan pada arsitektur saja, tetapi secara kritis harus tanggap terhadap persoalan sosial ekonomi budaya lingkungan tersebut. 

Suatu bangunan dapat dikatakan sebagai bangunan konservasi atau cagar budaya sehingga dikenai aturan untuk melestarikannya mengacu pada kriteria yang telah ditentukan. Pasca monumen ordonansi yang dijadikan keketapan hukum pada jaman pemerintahan Hindia Belanda maka pemerintah Republik Indonesia membuat Undang Undang No. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Dalam UU No. 5  bab 1 pasal 1 tersebut dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan benda cagar budaya adalah:
1.    Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak, yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagian atau sisa sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.
2.    Benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Bangunan cagar budaya sendiri dibagi dalam 3 golongan, yaitu:
1.    Bangunan cagar budaya Golongan A (Utama), yaitu bangunan cagar budaya yang memenuhi 4     kriteria dan harus dipertahankan dengan cara preservasi.
2. Bangunan cagar budaya Golongan B (Madya), yaitu bangunan cagar budaya yang   memenuhi 3 kriteria dan bangunan cagar budaya ini dapat dilakukan pemugaran dengan cara   restorasi/rehabilitasi atau rekonstruksi.
3.    Bangunan cagar budaya Golongan C (Pratama), yaitu bangunan cagar budaya yang memenuhi 2  kriteria dan bangunan cagar budaya ini dapat dilakukan pemugaran dengan cara revitalisasi/adaptasi.

Pemugaran Bangunan Cagar Budaya
Golongan A:
-       Bangunan dilarang dibongkar dan atau diubah.
-   Apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar atau tidak layak tegak dapat dilakukan pembongkaran untuk dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengan aslinya.
-  Pemeliharaan dan perawatan bangunan harus menggunakan bahan yang sama / sejenis atau memiliki karakter yang sama, dengan mempertahankan detail ornamen bangunan yang telah ada.
-   Dalam upaya revitalisasi memungkinkan adanya penyesuaian / perubahan fungsi sesuai rencana kota yang berlaku tanpa mengubah bentuk bangunan aslinya.
-   Di dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya memungkinkan adanya bangunan tambahan yang menjadi satu kesatuan yang utuh dengan bangunan utama.

Pemugaran Bangunan Cagar Budaya
Golongan B:
-  Bangunan dilarang dibongkar secara sengaja, dan apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar atau tidak layak tegak dapat dilakukan pembongkaran untuk dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengan aslinya.
-    Pemeliharan dan perawatan bangunan harus dilakukan tanpa mengubah pola tampak depan, atap, dan warna, serta dengan mempertahankan detail dan ornamen bangunan yang penting.
-  Dalam upaya rehabilitasi dan revitalisasi memungkinkan adanya perubahan tata ruang dalam asalkan tidak mengubah struktur utama bangunan.
-    Di dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan adanya bangunan tambahan yang menjadi satu kesatuan yang utuh dengan bangunan utama

Pemugaran Bangunan Cagar Budaya
Golongan C:
-       Perubahan bangunan dapat dilakukan dengan tetap mempertahankan pola tampak muka, arsitektur utama dan bentuk atap bangunan.
-       Detail ornamen dan bahan bangunan disesuaikan dengan arsitektur bangunan disekitarnya dalam keserasian lingkungan.
-       Penambahan Bangunan di dalam perpetakan atau persil hanya dapat dilakukan di belakang bangunan cagar budaya yang harus sesuai dengan arsitektur bangunan cagar budaya dalam keserasian lingkungan.
-       Fungsi bangunan dapat diubah sesuai dengan rencana Kota.

Salah satu contoh bangunan cagar budaya yang akan dibahas yaitu Kedai Seni Djakarte yang terletak di Wilayah Jakarta Barat, tepatnya di Kawasan Kota Tua. Kafe ini sebelumnya adalah bagian dari asuransi kompleks yang disebut Batavia Zee en Brand Assurantie Mij. Bangunan ini dirancang dan dibangun pada awal abad ke-20 oleh arsitek PAJ Moojen. Fasad yang menghadap Jalan Kali Besar ini dipengaruhi oleh gaya Neo-Klasik, sedangkan bagian belakang menghadap Jalan Pintu Besar yaitu lebih sederhana yang khas dari bangunan pasangan bata Eropa di daerah tersebut. Lokasi Kedai Seni Djakarte ini pada mulanya merupakan bagian dari garasi dan bagian gudang dari komplek Zee en Brand Assurantie Batavia Mij.



Dalam  perjalanannya, gedung asuransi ini pernah mengalami beberapa ganti kepemilikan dan alih fungsi bangunan. Pada tahun 1941, gedung ini pernah menjadi gedung Java Sea & Fire Insurance Co. Ltd. Plakatnya masih tertempel di dinding luar, di antara dua pintu besarnya. Sekitar tahun 1963 gedung ini diambil alih oleh perseorangan. Foto lawasmemperlihatkan bahwa gedung tersebut berubah menjadi gedung Bar-Bar. Hal ini diketahui dari tulisan Bar di atas pintu besar yang berada di selatan, dan tulisan Bar yang satunya ditempatkan di atas pintu besar yang berada di utara. Pada tahun 1983 gedung ini selanjutnya dijadikan kantor untuk gudang distribusi alkohol ke apotek-apotek yang ada di Jakarta. Lalu, pada tahun 1990 gedung ini ditinggalkan dan dibiarkan kosong lagi. Sehingga, gedung ini hampir ambruk di mana atapnya sudah rontok. Pada tahun 1998 bagian dari gedung ini yang menghadap ke Kali Besar, kepemilikannya berpindah tangan ke Jasa Raharja. Sedangkan, bagian bangunan yang menghadap ke Museum Sejarah Jakarta pada tahun 2008 difungsikan untuk usaha tekstil. Pada tahun 2013 gedung ini menjadi sebuah kafe setelah memperbaiki bagian atapnya yang rusak. Kafe ini diberi nama Kedai Seni Djakarte, dan dikelola oleh Susi Ratnawati. Renovasi tak selesai sampai di situ, di awal 2014 kembali dilakukan perbaikan karena ternyata saluran air rusak. Kemudian di tahun 2015, Kedai Seni Djakarte mendapat bantuan dari UNESCO. Tujuan utama dalam pemugaran ini adalah perbaikan kuda-kuda atap yang lapuk untuk menjamin kekokohan dan perpanjangan umur bangunan. Selain itu juga dalam upaya untuk memperbaiki tampak bangunan agar utuh dan sesuai dengan kondisi aslinya. Pekerjaan ini adalah proyek percontohan pemugaran bangunan cagar budaya oleh UNESCO Jakarta, yang merupakan bagian dari program revitalisasi Kota Tua Jakarta.

Nama kafe ini memang terdengar agak unik. Ide membuat kedai dan galeri pun hadir setelah pemugaran selesai. Pada awalnya, galeri menjadi ide pertama karena suami dari pengelola kafe ini adalah seorang seniman. Tapi karena melihat pasar, akhirnya menghidupkan terlebih dahulu sisi kedainya.  Jadi, penamaan kedai seni ini sesungguhnya lahir dari ide untuk membuat kedai dan toko seni. Namun, sekarang ini rencana tersebut seiring waktu sudah mulai mendekati kenyataannya. Lantai 1 digunakan sebagai kafe yang menyediakan berbagai aneka masakan dan minuman, dan lantai 2 pengunjung bisa melihat berbagai lukisan hasil karya pemilik kedai ini, yang tak lain adalah suami dari pengelola kedai seni ini.

Lantai 1 Kedai Seni Djakarte
Lantai 2 Kedai Seni Djakarte
 





Sumber:



Merasakan Berada Di Dalam Menara Miring Jakarta

Minggu, 28 Januari 2018

Merasakan Berada Di Dalam Menara Miring Jakarta


Oleh:
Winda Setianingsih


Ketika mendengar kalimat “Menara Miring” pasti dibenak yang terpikirkan oleh kita adalah sebuah Menara Pisa bersejarah yang terletak di Roma, Italia. Benar, bukan?
Menara Syahbandar, Jakarta
Sumber: Dok. Pribadi, 2017.

Bangunan miring pasti menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Bagaimana tidak? Pada umumnya, bangunan memiliki bentuk yang berdiri tegak agar terlihat kokoh, akan tetapi bangunan ini miring seperti terlihat akan roboh. Dengan rasa penasaran tinggi, banyak wisatawan yang rela jauh-jauh datang ke Menara Syahbandar ini hanya untuk menyaksikan bangunan miring tersebut yang tentunya terdapat sejarah didalamnya mengapa bangunan tersebut menjadi miring.

Tak hanya Menara Pisa di Italia, di Indonesia khususnya di Jakarta, juga memiliki bangunan miring bersejarah, yaitu Menara Syahbandar. Menara dengan dominan cat berwarna putih ini menghadap ke arah utara. Menara ini awalnya terlihat kokoh seperti bangunan pada umumnya.  Akan tetapi, semakin bertambahnya usia menara ini yang semakin tua dan letak menara yang berada di pinggir aliran sungai, membuat semakin lama terlihat semakin miring   posisinya ke arah selatan karena tanah tidak kuat menahan beban menara ini. Oleh karena itu sering dijuluki sebagai “Menara Miring” atau “Menara Pisa Jakarta”.

Posisi Menara Syahbandar ini berada di sisi jalan raya Pasar Ikan, dimana setiap hari padat oleh kendaraan dan tak jarang didominasi jenis kendaraan berat seperti truk besar, sehingga menambah beban getar menara. Menara ini juga disebut "Menara Goyang" karena jika kita berada di dalam menara ini akan merasakan goyang ketika kendaraan besar melewati sekitarnya. Hal itu akan sangat terasa apabila kita berada di dalam puncak Menara Syahbandar. Untuk mencapai puncak Menara Syahbandar, kita harus menaiki sebuah tangga dengan jumlah anak tangga sebanyak 77 dengan berbahan kayu jati yang berlapis cat berwarna merah. Di puncak Menara Syahbandar inilah pengunjung dapat menyaksikan teritorial kota tua Jakarta dengan hembusan angin segar yang menyenangkan.

Ketika berada di puncak menara miring ini, penulis sama sekali tidak merasakan kemiringan yang signifikan. Melainkan, penulis merasakan bangunan ini miring ketika melihat Menara Syahbandar ini dari sekitar menara ini.  Kemiringan dari bangunan ini dapat dirasakan juga ketika berada di lantai satu dan dua Menara Syahbandar ini. Ini dibuktikan dengan ketika penulis berjalan melihat prasasti-prasasti di Menara Syahbandar ini terasa seperti miring. Menurut pengelola setempat, Menara Syahbandar ini dulunya merupakan menara pemancar. Maka dari itu,  koleksi-koleksi yang berada di dalam Menara Syahbandar tepatnya yang berada di lantai satu dan dua yaitu berupa prasasti-prasasti berupa teropong-teropong yang dahulu dipakai untuk melihat kapal-kapal yang akan berlabuh. Cukup unik, bukan? Banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara sangat tertarik untuk mengunjungi  Menara Syahbandar ini, yaitu ingin merasakan miringnya bangunan ini dan membuktikan apakah benar bangunan ini terasa miring. Akan tetapi, jika dibiarkan wisatawan tetap mengunjungi menara ini tanpa dibatasi, hal ini akan membuat Menara Syahbandar lama-lama menjadi roboh dikarenakan beban yang berlebih. Untuk itu, perlu perhatian khusus agar bangunan bersejarah ini tetap berdiri meskipun bangunannya sudah terlihat miring. Perhatian itu dapat berupa penyanggaan pada bangunan salah satunya, agar Menara Syahbandar ini tidak semakin miring.

Dengan melihat menara miring ini, juga menyadarkan bahwa lahan di Jakarta semakin mengalami penurunan. Beruntungnya, bahan material di menara tersebut tidak semuanya terbuat dari beton, pada bagian lantai, tangga, dinding dan jendela puncak menara serta atapnya terbuat dari kayu yang berlapis cat. Sehingga tidak membuat beban bangunan semakin bertambah yang memungkinkan Menara Syahbandar akan menjadi roboh.


STUDI EKSKURSI: GOES TO HONG KONG

Kamis, 15 Juni 2017

STUDI EKSKURSI: GOES TO HONG KONG




Kuliah Lapangan Arsitektur atau yang lebih dikenal dengan sebutan KLA kali ini mengunjungi Hong Kong-Macau-Shenzhen. Tapi post saya bagian ini hanya akan membahas mengenai perjalanan ke Hong Kong. Saya takjub ketika pertama kali berada di Hongkong. Hongkong merupakan negara yang memiliki banyak gedung-gedung pencakar langit. Hebatnya, gedung-gedung tersebut terletak di struktur tanah yang berbukit. Di Hong Kong, arsitek menggunakan perhitungan Feng Shui (unsur angin/air) sebagai pertimbangan dalam mendesain dan membuat konstruksi bangunan. Penduduk disana rata-rata bermukim di apartemen. Mengapa? Karena lahan yang sempit tidak sebanding dengan jumlah penduduknya yang semakin bertambah. Maka, tidak heran jika disana banyak bangunan tinggi.
Saya dan Mahasiswa Arsitektur Angkatan X1X  mengunjungi beberapa tempat terkenal disini. Pertama, yaitu Garden of Stars. Nah, ini merupakan tempat pengamatan kelompok saya. Saya akan menjelaskan secara detail disini.


Kedua, ada Madame Tussauds. Tempat ini merupakan yang paling saya ingin kunjungi jauh sebelum ada rencana KLA ini. Madame Tussauds merupakan museum yang berisikan patung lilin orang-orang terkenal di dunia. Bahkan, presiden pertama kita Bapak Ir. Soekarno pun patung lilinnya ada disini. Bapak presiden kita saat ini Joko Widodo pun sebenarnya telah dibuat patung lilinnya, hanya saja saat saya mengunjungi Madame Tussauds belum diresmikan. Disini kita juga bisa belanja oleh-oleh untuk kenang-kenangan saat kembali ke Indonesia.


Ketiga, yaitu Repulse Bay. Repulse Bay merupakan sebuah pantai di Hong Kong. Di Repulse Bay sendiri merupakan kawasan perumahan elit yang ada di Hong Kong. Pantai indah ini dikelilingi oleh bukit-bukit yang memberikan nilai tambah keindahan pantai ini.


Bagus kan? Kalian tertarik mengunjungi tempat-tempat di atas? Bila ada kesempatan mengunjungi Hong Kong, silahkan kalian kunjungi tempat-tempat menarik seperti di atas.



STUDI EKSKURSI: MACAU CITY OF SPARKLING

STUDI EKSKURSI: MACAU CITY OF SPARKLING

          Dari judul saja kalian pasti sudah menebak kalau saya akan membahas tentang apa. Yap, Macau. Kota Macau ini terletak di sebuah wilayah di pesisir Selatan Republik Rakyat Tiongkok. Macau terletak di antara Cina dan Hongkong. Jadi, jika kalian sedang mengunjungi Hongkong dan ingin pergi ke Macau, cara termudah dan termurah yang bisa dilakukan adalah melalui jalur laut yaitu menggunakan kapal feri. Macau dikenal sebagai “Las Vegas dari Timur”. Kota Macau ini sangat indah terlebih saat malam hari tiba, Begitu banyak lampu berwarna-warni di kota ini. Kota Macau dikenal dunia karena kasinonya dan menjadi tempat bagi para penjudi dari seluru penjuru dunia. Di kota ini, judi sudah dilegalkan oleh pemerintah setempat. Maka, tak heran jika berjalan-jalan ke kota ini terdapat casino dimana-mana.



                Pada kesempatan kali ini, kami peserta KLA mengunjungi beberapa tempat yang memiliki nilai sejarah tersendiri bagi kota Macau ini.

1.                   Macau Tower.
 Macau Tower merupakan landmark bagi kota Macau. Landmark yang satu ini di desain oleh Gordon Moller, seorang arsitektur terkenal yang berasal dari New Zealand. Macau Tower memiliki tinggi 338 meter diatas permukaan tanah. Menara ini merupakan bangunan tertinggi ke-8 di Asia dan ke-10 di dunia. Macau Tower juga termasuk dalam World Federation of Great Tower. Macau Tower sangat terkenal dengan olah raga ekstrim seperti Sky Jump, Bungy Jump, Sky Walk, dan Tower Climb. 


2.                  A-Ma Temple.
Kami tidak begitu lama berada disini karena hari yang sudah ingin berganti malam dan kuil ini sedang dilakukan renovasi, sehingga kami tidak dapat masuk ke dalam kuil ini.

3.                  Senado Square
Di Senado Square berdiri bangunan yang disebut Leal Senado dan di sebelahnya terdapat Kantor Pos. Di seberang Senando Square terdapat bangunan yang disebut Macau Municipal Council. Jika kita berjalan terus di Senado Square kita dapat menemukan bangunan gaya Spanyol yang disebut St. Domingo’s Church.


4.                  Ruins of St Paul’s Church
Sebuah sisa bangunan gereja yang hancur akibat terbakar. Bagian depan gereja tersebut masih berdiri dengan ditopang oleh besi di belakangnya.


5.                  The Venetian Macau
Lantai terrazzo mewah dan dekorasi ruang berselera tinggi menyapa kami. Langit-langit bergambar bak lukisan hidup menjadi pemandangan sedap di mata.



Tempat-tempat ini sangatlah indah, bukan? Jika kalian berkesempatan mengunjungi Macau, ada baiknya kalian bisa mengunjungi tempat-tempat yang telah saya sebutkan tadi.


Enjoy my world, guys
Diberdayakan oleh Blogger.