Nama : Winda Setianingsih
NPM : 2C314267
Kelas : 1TB03
BAB VIII
PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT
PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT
A.
Perbedaan
Kepentingan
Kepentingan
merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku dari individu. Individu bertingkah
laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan
ini bersifat esensial bagi kelangsungan kehidupan individu itu sendiri. Jika
individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka mereka akan merasa puas dan
sebaliknya bila gagal akan menimbulkan masalah bagi diri sendiri maupun bagi
lingkungannya.
Individu
yang berpegang pada prinsipnya saat bertingkah laku, maka kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh individu tersebut dalam masyarakat merupakan kepuasan
pemenuhan dari kepentingan tersebut. Oleh karena itu, individu mengandung arti
bahwa tidak ada dua orang yang sama persis dalam aspek-aspek pribadinya, baik
jasmani maupun rohaninya. Dengan itu, maka akan muncul perbedaan kepentingan
pada setiap individu, seperti:
1. Kepentingan
individu untuk memperoleh kasih sayang.
2. Kepentingan
individu untuk memperoleh harga diri.
3. Kepentingan
individu untuk memperoleh penghargaan yang sama.
4. Kepentingan
individu untuk memperoleh prestasi dan posisi.
5. Kepentingan
individu untuk dibutuhkan orang lain.
6. Kepentingan
individu untuk memperoleh kedudukan didalam kelomponya.
7. Kepentingan
individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
8. Kepentingan
individu untuk memperoleh kemerdekaan diri.
Dalam
hal diatas menunjukkan ketidakmampuan suatu ideologi mewujudkan idealisme yang
akhirnya akan melahirkan suatu konflik. Hal mendasar yang dapat
menimbulkan suatu konflik adalah jarak yang terlalu besar antara harapan dengan
kenyataan pelaksanaan. Perbedaan kepentingan ini tidak secara langsung
menyebabkan terjadinya konflik tetapi ada beberapa fase, yaitu Fase
Disorganisasi dan Fase Prasangka, Diskriminasi, dan Ethnosentrisme.
B. Prasangka,
Diskriminasi, dan Ethnosentrisme
1.
Pengertian Prasangka dan Diskriminasi
Prasangka
(prejudice) diaratikan suatu anggapan terhadap sesuatu dari seseorang bahwa sesuatu
itu buruk dengan tanpa kritik terlebih dahulu. Bahasa arab menyebutnya “suudzon”.
Orang, secara serta merta tanpa timbang-timbang lagi bahwa sesuatu itu buruk.
Disisi lain bahasa arab “khusnudzon” yaitu anggapan baik terhadap sesuatu.
Prasangka
ini sebagian besar sifatnya apriori, mendahului pengalaman sendiri (tidak
berdasarkan pengalaman sendiri), karena merupakan hasil peniruan atau
pengoperan langsung pola orang lain. Prasangka bisa diartikan suatu sikap yang
telampau tergesa-gesa, berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat, sifat
berat sebelah, dan dibarengi proses simplifikasi (terlalu menyederhanakan)
terhadap sesuatu realita. Dalam kehidupan sehari-hari prasangka ini banyak
dimuati emosi-emosi atau unsur efektif yang kuat.
2.
Perbedaan
Prasangka dan Diskriminasi
Prasangka
adalah bersikap negatif terhadap sesuatu. Tidak sedikit orang yang mudah
berprasangka, namun banyak pula yang sulit untuk berprasangka. Tampaknya
kepribadian dan intelegensia, serta faktor lingkungan cukup berkaitan dengan
munculnya prasangka. Antara prasangka dan diskriminasi dapat dibedakan dengan
prasangka bersumber dari suatu sikap, diskriminasi menunjuk kepada tindakan.
3.
Sebab-sebab
timbulnya Prasangka dan Diskriminasi
— Latar
belakang sejarah.
— Dilatar
belakangi oleh perkembangan Sosio-Kultural dan Situasional.
— Bersumber
dari faktor kepribadian.
— Perbedaan
keyakinan, kepercayaan, dan Agama
4.
Usaha
mengurangi / menghilangkan Prasangka dan Diskriminasi
— Perbaikan
kondisi Sosial Ekonomi.
— Perluasan
kesempatan belajar.
— Sikap
terbuka dan sikap lapang.
5.
Pengertian
Ethnosentrisme
Ethnosentrisme
yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma
kebudayaannya sendiri sebagai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan
dipergunakan sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan
kebudayaan lain. Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk
menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolak ukur kebudayaannya
sendiri. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung,
tidak luwes.
Akibatnya
etnosentrisme penampilan yang etnosentrik, dapat menjadi penyebab utama kesalah
pahaman dalam berkomunikasi.Etnosentrisme dapat dianggap sebagai sikap dasar
ideologi Chauvinisme pernah dianut oleh orang-orang Jerman pada zaman Nazi Hitler.
Mereka merasa dirinya superior, lebih unggul dari bangsa-bangsa lain, dan
memandang bangsa-bangsa lain sebagai inferior, lebih rendah, nista dsb.
C.
Pertentangan-Pertentangan
Sosial/Ketegangan Dalam Masyarakat
Konflik
atau pertentangan mengandung pengertian tingkah laku yang lebih luas daripada
yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang
kasar. Dalam hal ini terdapat tiga elemen dasar yang merupakan ciri dari
situasi konflik, yaitu:
1. Terdapat
dua atau lebih bagian yang terlibat dalam konflik.
2. Memiliki
perbedaan yang tajam dalam, kebutuhan, tujuan, masalah, sikap, maupun
gagasan-gagasan.
3. Terdapat
interaksi diantara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan.
Konflik
merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang
sering dihubungkan dengan kebencian atau permusuhan, konflik dapat terjadi pada
lingkungan:
1. Pada
taraf di dalam diri sendiri
2. Pada
taraf kelompok
3. Pada
taraf masyarakat
Adapan cara pemecahan
konflik tersebut adalah sebagai berikut:
1. Elimination
2. Subjugation
atau Domination
3. Majority
Rule
4. Minority
Consent
5. Compromise
6. Integration
D.
Golongan-Golongan
Yang Berbeda Dan Integrasi Sosial
Masyarakat
Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai
suku bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan oleh kesatuan nasional yang
berwujudkan Negara Indonesia. Masyarakat majemuk dipersatukan oleh sistem
nasional yang mengintegrasikannya melalui jaringan-jaringan pemerintahan,
politik, ekonomi, dan sosial. Aspek-aspek dari kemasyarakatan tersebut, yaitu
Suku Bangsa dan Kebudayaan, Agama, Bahasa, Nasional Indonesia.
Masalah
besar yang dihadapi Indonesia setelah merdeka adalah integrasi diantara
masyarakat yang majemuk. Integrasi bukan peleburan, tetapi keserasian
persatuan. Masyarakat majemuk tetap berada pada kemajemukkannya, mereka dapat
hidup serasi berdampingan (Bhineka Tunggal Ika), berbeda-beda tetapi merupakan
kesatuan. Adapun hal-hal yang dapat menjadi penghambat dalam integrasi:
— Tuntutan
penguasaan atas wilayah-wilayah yang dianggap sebagai miliknya.
— Isu
asli tidak asli, berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi antar warga
negara Indonesia asli dengan keturunan (Tionghoa,arab).
— Agama,
sentimen agama dapat digerakkan untuk mempertajam perbedaan kesukuan.
— Prasangka
yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang anggota golongan tertentu
Integrasi
Sosial adalah merupakan proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam
masyarakat menjadi satu kesatuan. Unsur yang berbeda tersebut meliputi
perbedaan kedudukan sosial,ras, etnik, agama, bahasa, nilai, dan norma. Syarat
terjadinya integrasi sosial antara lain:
-
Anggota masyarakat merasa bahwa mereka
berhasil saling mengisi kebutuhan mereka.
-
Masyarakat berhasil menciptakan
kesepakatan bersama mengenai norma dan nilai sosial yang dilestarikan dan
dijadikan pedoman.
-
Nilai dan norma berlaku lama dan tidak
berubah serta dijalankan secara konsisten.
Integrasi
Internasional merupakan masalah yang dialami semua negara di dunia, yang
berbeda adalah bentuk permasalahan yang dihadapinya. Menghadapi masalah
integritas sebenarnya tidak memiliki kunci yang pasti karena latar belakang
masalah yang dihadapi berbeda, sehingga integrasi diselesaikan sesuai dengan
kondisi negara yang bersangkutan, dapat dengan jalan kekerasan atau strategi
politik yang lebih lunak. Beberapa masalah integrasi internasional, antara
lain:
1. perbedaan
ideology
2. kondisi
masyarakat yang majemuk
3. masalah
teritorial daerah yang berjarak cukup jauh
4. pertumbuhan
partai politik
Adapun
upaya-upaya yang dilakukan untuk memperkecil atau menghilangkan
kesenjangan-kesenjangan itu, antara lain:
1. Mempertebal
keyakinan seluruh warga Negara Indonesia terhadap Ideologi Nasional.
2. Membuka
isolasi antar berbagai kelompok etnis dan antar daerah/pulau dengan membangun
saran komunikasi, informasi, dan transformasi.
3. Menggali
kebudayaan daerah untuk menjadi kebudayaan nasional.
4. Membentuk
jaringan asimilasi bagi kelompok etnis baik pribumi atau keturunan asing.
E.
Integrasi
Nasional
Integrasi
Nasional adalah penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu masyarakat
menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat
kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa. Selain itu dapat pula
diartikan bahwa integrasi bangsa merupakan kemampuan pemerintah yang semakin
meningkat untuk menerapkan kekuasaannya di seluruh wilayah (Mahfud MD, 1993:
71).
-
Integrasi tidak sama dengan pembauran
atau asimilasi.
-
Integrasi diartikan integrasi
kebudayaan, integrasi sosial, dan pluralisme sosial.
-
Pembauran dapat berarti asimilasi dan
amalganasi.
-
Integrasi kebudayaan berarti penyesuaian
antar dua atau lebih kebudayaan mengenai berapa unsur kebudayaan (cultural
traits) mereka, yang berbeda atau bertentangan, agar dapat dibentuk menjadi
suatu sistem kebudayaan yang selaras (harmonis).
-
Melalui difusi (penyebaran), di
mana-mana unsur kebudayaan baru diserap ke dalam suatu kebudayaan yang berada
dalam keadaan konflik dengan unsur kebudayaan tradisional tertentu.
SUMBER:
0 komentar:
Posting Komentar