Nama : Winda Setianingsih
NPM :
2C314267
Kelas : 1TB03
BAB
IV
Pemuda
dan Sosialisasi
A.
Internalisasi
Belajar dan Spesialisasi
1.
Pengertian Pemuda
Pengertian
pemuda ialah manusia-manusia generasi muda atau remaja yang masih sangat
membutuhkan pembinaan serta pengembangan kearah yang lebih baik lagi, agar
dapat melanjutkan dan mengisi pembangunan yang sekarang ini telah berlangsung.
Pemuda-pemuda di Indonesia dewasa ini sangat beraneka ragam, terutama bila
dikaitkan dengan kesempatan pendidikan. Keanekaragaman tersebut pada dasarnya
tidak mengakibatkan suatu perbedaan dalam pembinaan dan pengembangan para generasi
muda.
2.
Pengertian
Sosialisasi
Sosialisasi
adalah proses kehidupan yang dialami oleh para pemuda Indonesia setiap hari
baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat membawa pengaruh yang
besar pula dalam membina sikap untuk dapat hidup di masyarakat. Proses
sosialisasi ini berlangsung sejak anak ada di dunia dan akan berproses hingga
dewasa.
3.
Penjelasan
Inti Internalisasi Belajar dan Sosialisasi
Sosialisasi
dapat diartikan sebagai suatu proses seumur hidup untuk mengetahui bagaimana
seseorang mempelajari kebiasaan sehari-hari yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai,
dan norma-norma sosial yang terdapat didalam masyarakat agar dapat diterima
oleh masyarakat yang ada di lingkungannya. Berdasarkan jenisnya, sosialisasi
dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi
sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman, kedua proses tersebut
berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja.
Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang
sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu tertentu, bersama-sama
menjalani hidup yang terkukung dan diatur secara formal.
· Sosialisasi Primer
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung ketika anak berada di usia 1-5 tahun atau saat anak belum memasuki jenjang sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarganya. Secara bertahap dia mulaidapat membedakan dirinya sendiri dengan orang lain yang ada sekitar keluarganya.
Pada tahap ini, peran orang-orang terdekat dengan anak menjadi sangat penting, dikarenakan seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung ketika anak berada di usia 1-5 tahun atau saat anak belum memasuki jenjang sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarganya. Secara bertahap dia mulaidapat membedakan dirinya sendiri dengan orang lain yang ada sekitar keluarganya.
Pada tahap ini, peran orang-orang terdekat dengan anak menjadi sangat penting, dikarenakan seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.
· Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi sekunder ialah proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuk sosialisasi sekunder adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami ‘pencabutan’ identitas diri yang lama.
Sosialisasi sekunder ialah proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuk sosialisasi sekunder adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami ‘pencabutan’ identitas diri yang lama.
4.
Proses
Sosialisasi
·
Tahap Persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dimulai
sejak manusia dilahirkan,
ketika seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya,
termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak
sudah mulai meniru walaupun tidak sempurna.
Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada
anaknya yang masih balita diucapkan
"mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak.
Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan
kenyataan yang dialaminya.
·
Tahap Meniru (Play Stage)
Tahap ini seorang anak
semakin sempurna menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa.
Pada tahap ini, seorang anak mulai menyadari tentang nama sendiri dan siapa
nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai mengetahui tentang apa
yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak.
Dengan kata lain, di tahap ini sudah terbentuk kemampuan untuk menempatkan diri
pada posisi orang. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang
telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang
dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak
menyerap norma dan nilai.
Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti
(Significant other).
·
Tahap Siap Bertindak (Game Stage)
Pada
tahap ini sudah berkurang dalam menirukan sesuatu dan digantikan dengan peran sendiri secara
langsung dengan penuh kesadaran. Pemahaman menempatkan diri pada posisi orang
lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara
bersama-sama. Seseorang mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan
bekerja sama dengan teman-temannya.
Lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya
semakin kompleks sehingga individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya
di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara
bertahap juga mulai dipahami serta mulai
menyadari bahwa ada norma tertentu
yang berlaku di luar keluarganya.
·
Tahap Penerimaan Norma Kolektif
(Generalized Stage/Generalized other)
Pada tahap ini
seseorang sudah dianggap dewasa.
Seseorang yang dianggap dewasa telah dapat menempatkan dirinya pada posisi
masyarakat secara lebih luas lagi. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa
tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan
masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan
bekerja sama bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap.
Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat
dalam arti sepenuhnya.
5.
Peranan Sosial Mahasiswa dan Pemuda di
Masyarakat
Mahasiswa ialah
sekelompok pelajar dengan golongan terdidik, karena mampu untuk mengenyam di
pendidikan tinggi disaat sebagian yang lain dalam usia yang sama masih bergelut
dengan kemiskinan dan keterbatasan biaya dalam mengakses pendidikan, terutama
pendidikan tinggi.
Mahasiswa
merupakan kaum intelektual yang mempunyai basis keilmuan yang kuat sesuai
dengan jurusan yang diambil masing-masing mahasiswa tersebut yang berarti
kemampuan akademik mahasiswa dapat diandalkan sebagai salah satu asset negara
ini. Tetapi, mahasiswa juga merupakan sebuah entitas sosial yang selalu
berinteraksi dengan masyarakat dari segala jenis lapisan, sehingga dalam hal
ini mahasiswa dituntut untuk memainkan peran aktif dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan.
Peranan Pemuda dalam
Masyarakat
Peran pemuda sangat
dibutuhkan masyarakat demi kemajuan bersama. Pemuda adalah tulang punggung
masyarakat. Generasi tua memiliki keterbatasan untuk memajukan bangsa. Peran
pemuda sangat ditentukan dalam hal ini. Dengan semangat menyala-nyala dan tekad
yang membaja serta visi dan kemauan untuk menerima perubahan yang dinamis
pemuda menjadi motor bagi pembangunan masyarakat. Sejarah membuktikan, peranan
pemuda sangat membawa perubahan. Sumpah Pemuda, Proklamasi, Pemberantasan PKI,
lahirnya orde baru, bahkan peristiwa turunnya diktator Soeharto dari singgasana
kepresidenan seluruhnya dimotori oleh kaum muda. Kaum muda pula yang selalu
memberikan umpan balik yang kritis terhadap pongahnya kekuasaan.
B.
Pemuda dan Identitas
1. Pola Dasar Pembinaan dan
Pengembangan Generasi Muda
Generasi muda adalah
generasi penerus bangsa serta sumber daya insani bagi pembangunan nasional. Generasi
muda diharapkan dapat memikul tugas dan tanggung jawab untuk kelestarian
kehidupan bangsa dan negara. Generasi muda perlu mendapatkan perhatian khusus
dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk dapat tumbuh dan berkembang secara wajar
baik jasmani dan rohani maupun sosialnya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan pola dasar pembinaan dan pembangunan generasi muda. Tujuannya agar semua pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam penanganannya benar-benar menggunakannya sebagai pedoman sehingga pelaksanaannya dapat terarah, menyeluruh dan terpadu serta dapat mencapai sasaran dan tujuan yang dimaksud.
Pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda disusun berlandaskan:
A. Landasan idil (Pancasila)
B. Landasan Konstitusional (UUD 1945)
C. Landasan Strategi (Garis-garis besar haluan negara)
D. Landasan Histories (Sumpah Pemuda dan Proklamasi)
E. Landasan Normatif (Tata Nilai diTengah Masyarakat)
Motivasi asas pembinaan dan pengembangan generasi muda bertumpu pada strategi pencapaian tujuan nasional, seperti disebutkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
Atas dasar kenyataan ini, penataan kehidupan pemuda sangat diperlukan sehingga mereka mampu memainkan peranan yang penting dalam masa depan sekalipun disadari bahwa masa depan tersebut tidak berdiri sendiri. Masa depan adalah lanjutan masa sekarang, dan masa sekarang adalah hasil masa lampau. Dalam hal ini, pembinaan dan pengembangan generasi muda haruslah menanamkan motivasi kepekaan terhadap masa mendatang sebagai bagian mutlak masa kini. Kepekaan terhadap masa yang akan datang membutuhkan pula situasi-situasi lingkungan untuk merelevansikan partisipanya dalam setiap kegiatan bangsa dan negara. Untuk itu, kualitas kesejahteraan yang membawa nilai-nilai dasar bangsa merupakan faktor penentu yang mewarnai pembinaan generasi muda dan bangsa dalam memasuki masa datang.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan pola dasar pembinaan dan pembangunan generasi muda. Tujuannya agar semua pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam penanganannya benar-benar menggunakannya sebagai pedoman sehingga pelaksanaannya dapat terarah, menyeluruh dan terpadu serta dapat mencapai sasaran dan tujuan yang dimaksud.
Pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda disusun berlandaskan:
A. Landasan idil (Pancasila)
B. Landasan Konstitusional (UUD 1945)
C. Landasan Strategi (Garis-garis besar haluan negara)
D. Landasan Histories (Sumpah Pemuda dan Proklamasi)
E. Landasan Normatif (Tata Nilai diTengah Masyarakat)
Motivasi asas pembinaan dan pengembangan generasi muda bertumpu pada strategi pencapaian tujuan nasional, seperti disebutkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
Atas dasar kenyataan ini, penataan kehidupan pemuda sangat diperlukan sehingga mereka mampu memainkan peranan yang penting dalam masa depan sekalipun disadari bahwa masa depan tersebut tidak berdiri sendiri. Masa depan adalah lanjutan masa sekarang, dan masa sekarang adalah hasil masa lampau. Dalam hal ini, pembinaan dan pengembangan generasi muda haruslah menanamkan motivasi kepekaan terhadap masa mendatang sebagai bagian mutlak masa kini. Kepekaan terhadap masa yang akan datang membutuhkan pula situasi-situasi lingkungan untuk merelevansikan partisipanya dalam setiap kegiatan bangsa dan negara. Untuk itu, kualitas kesejahteraan yang membawa nilai-nilai dasar bangsa merupakan faktor penentu yang mewarnai pembinaan generasi muda dan bangsa dalam memasuki masa datang.
2. Pengertian
Pokok Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda
Pembinaan dan pengembangan generasi muda menyangkut dua pengertian pokok, diantaranya:
A. Generasi muda sebagai objek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang telah memiliki bekal dan kemampuan serta landasan untuk mandiri dan keterlibatannya pun secara fungsional bersama potensi lainnya guna menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh bangsa ini.
B. Generasi muda sebagai objek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan kearah pertumbuhan potensi dan kemampuan ketingkat yang optimal dan belum dapat bersikap mandiri yang melibatkan secarafungsional.
Tujuan pembangunan ini akan sangat sulit sekali tercapai jika generasi muda tidak ikut serta dalam pembangunan tersebut. Hal ini bukan saja karena pemuda merupakan lapisan masyarakat yang cukup besar, tetapi tanpa kegairahan dan kreativitas mereka, pembangunan jangka panjang dapat kehilangan keseimbangan. Sangat sulit mewujudkan pemimpin masa mendatang yang dapat memimpin bangsanya sendiri jika generasi muda saat kini terpisah dari persoalan masyarakat.
Pembinaan dan pengembangan generasi muda menyangkut dua pengertian pokok, diantaranya:
A. Generasi muda sebagai objek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang telah memiliki bekal dan kemampuan serta landasan untuk mandiri dan keterlibatannya pun secara fungsional bersama potensi lainnya guna menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh bangsa ini.
B. Generasi muda sebagai objek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan kearah pertumbuhan potensi dan kemampuan ketingkat yang optimal dan belum dapat bersikap mandiri yang melibatkan secarafungsional.
Tujuan pembangunan ini akan sangat sulit sekali tercapai jika generasi muda tidak ikut serta dalam pembangunan tersebut. Hal ini bukan saja karena pemuda merupakan lapisan masyarakat yang cukup besar, tetapi tanpa kegairahan dan kreativitas mereka, pembangunan jangka panjang dapat kehilangan keseimbangan. Sangat sulit mewujudkan pemimpin masa mendatang yang dapat memimpin bangsanya sendiri jika generasi muda saat kini terpisah dari persoalan masyarakat.
3.
Masalah-masalah Generasi Muda
Berbagai permasalahan
generasi muda yang muncul pada saat ini antara lain:
·
Menurunnya jiwa idealisme, patriotisme,
dan nasionalisme di kalangan masyarakat termasuk generasi muda.
·
Kekurangpastian yang dialami oleh
generasi muda terhadap masa depannya.
·
Belum seimbangnya antara jumlah generasi
muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik yang formal maupun non
formal. Tingginya jumlah putus sekolah yang diakibatkan oleh berbagai sebab
yang bukan hanya merugikan generasi muda sendiri, tetapi juga merugikan seluruh
bangsa.
·
Kurangnya lapangan kerja / kesempatan
kerja serta tingginya tingkat pengangguran /setengah pengangguran di kalangan
generasi muda dan mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan
memperlambat kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat
menimbulkan berbagai problem sosial lainnya.
·
Kurangnya gizi yang dapat menyebabkan
hambatan bagi perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan badan di kalangan
generasi muda, hal tersebut disebabkan oleh rendahnya daya beli dan kurangnya
perhatian tentang gizi dan menu makanan seimbang di kalangan masyarakat yang
berpenghasilan rendah.
·
Masih banyaknya perkawinan di bawah
umur, terutama di kalangan masyarakat daerah pedesaan.
·
Pergaulan bebas yang membahayakan
sendi-sendi perkawinan dan kehidupan keluarga.
·
Meningkatnya kenakalan remaja termasuk
penyalahgunaan narkotika.
·
Belum adanya peraturan perundangan yang
menyangkut generasi muda.
Dan
ada juga masalah lain yaitu:
— Kebutuhan
Akan Figur Teladan
Nilai-nilai
luhur yang berlangsung dari keteladanan orang tua mereka jauh lebih terkesan di
kalangan remaja daripada hanya sekedar nasihat-nasihat bagus yang tinggal hanya
kata-kata indah.
— Sikap
Apatis
Sikap apatis merupakan kecenderungan untuk menolak sesuatu dan pada saat yang bersamaan tidak mau melibatkan diri di dalamnya. Sikap apatis ini terwujud di dalam ketidakacuhannya akan apa yang terjadi di masyarakatnya.
Sikap apatis merupakan kecenderungan untuk menolak sesuatu dan pada saat yang bersamaan tidak mau melibatkan diri di dalamnya. Sikap apatis ini terwujud di dalam ketidakacuhannya akan apa yang terjadi di masyarakatnya.
— Kecemasan
dan Kurangnya Harga Diri
Dikalangan remaja, kata stress atau frustasi semakin umum digunakan. Banyak generasi muda yang mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam bentuk “pelarian” (memburu kenikmatan lewat minuman keras, obat penenang, seks dan lainnya).
Dikalangan remaja, kata stress atau frustasi semakin umum digunakan. Banyak generasi muda yang mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam bentuk “pelarian” (memburu kenikmatan lewat minuman keras, obat penenang, seks dan lainnya).
— Ketidakmampuan
untuk Terlibat
Para remaja sulit melibatkan diri secara emosional maupun efektif dalam hubungan pribadi dan dalam kehidupan di masyarakat. Hal itu dikarenakan Kecenderungan untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir ekonomis. Persahabatan dinilai dengan untung rugi atau bahkan dengan uang.
Para remaja sulit melibatkan diri secara emosional maupun efektif dalam hubungan pribadi dan dalam kehidupan di masyarakat. Hal itu dikarenakan Kecenderungan untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir ekonomis. Persahabatan dinilai dengan untung rugi atau bahkan dengan uang.
— Perasaan
Tidak Berdaya
Teknologi semakin menguasai gaya hidup dan pola berpikir masyarakat modern yang membuat munculnya perassaan tidak berdaya. Teknologi mau tidak mau menciptakan masyarakat teknokratis yang memaksa kita untuk pertama-tama berpikir tentang keselamatan diri kita di tengah-tengah masyarakat. Lebih jauh remaja mencari “jalan pintas”, misalnya menggunakan segala cara untuk tidak belajar tetapi mendapat nilai baik atau ijasah.
Teknologi semakin menguasai gaya hidup dan pola berpikir masyarakat modern yang membuat munculnya perassaan tidak berdaya. Teknologi mau tidak mau menciptakan masyarakat teknokratis yang memaksa kita untuk pertama-tama berpikir tentang keselamatan diri kita di tengah-tengah masyarakat. Lebih jauh remaja mencari “jalan pintas”, misalnya menggunakan segala cara untuk tidak belajar tetapi mendapat nilai baik atau ijasah.
— Pemujaan
Akan Pengalaman
Sebagian besar tindakan-tindakan negatif anak muda dengan minumam keras, obat-obatan dan seks pada mulanya berawal dari hanya mencoba-coba. Lingkungan pergaulan anak muda dewasa ini memberikan pandangan yang keliru tentang pengalaman.
Sebagian besar tindakan-tindakan negatif anak muda dengan minumam keras, obat-obatan dan seks pada mulanya berawal dari hanya mencoba-coba. Lingkungan pergaulan anak muda dewasa ini memberikan pandangan yang keliru tentang pengalaman.
4. Potensi-potensi Generasi Muda
Potensi-potensi yang
terdapat pada generasi muda perlu dikembangkan adalah:
• Idealisme dan daya kritis
• Dinamika dan kreativitas
• Keberanian Mengambil Resiko
• Opimis dan kegairahan semangat
• Sifat kemandirian, disiplin, peduli, dan bertanggung jawab
• Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan
• Patriotisme dan Nasionalisme
• Kemampuan menguasai ilmu dan teknologi
• Idealisme dan daya kritis
• Dinamika dan kreativitas
• Keberanian Mengambil Resiko
• Opimis dan kegairahan semangat
• Sifat kemandirian, disiplin, peduli, dan bertanggung jawab
• Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan
• Patriotisme dan Nasionalisme
• Kemampuan menguasai ilmu dan teknologi
1.
Tujuan
Pokok Sosialisasi
Sosialisasi mempunyai tujuan sebagai berikut :
a. Memberikan
keterampilan kepada seseorang untuk dapat hidup bermasyarakat.
b. Mengembangkan
kemampuan berkomunikasi secara efektif.
c. Membantu
mengendalikan fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan
mawas diri yang tepat.
d. Membiasakan
diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada di
masyarakat.
C. Perguruan dan Pendidikan
1. Cara
Mengembangkan Potensi Generasi Muda
Peranan
penting yang dimiliki oleh generasi muda yaitu memajukan dan meningkatkan
pembangunan. Generasi muda mampu berkarya dan berekspresi dengan bebas, tetapi
masih dalam lingkup yang sewajarnya dan tidak menyalahi aturan. Pengembangan
potensi tersebut dapat dimulai dari lingkungan keluarga, orang tua dapat
mengembangkan potensi anak mereka sejak berusia balita, orang tua dapat
mengarahkan apa dan kemana potensi yang dimiliki oleh anak mereka sehingga
lahirlah generasi muda yang memiliki potensi sesuai minat masing-masing anak.
Generasi
muda dapat mengembangkan potensi mereka melalui hobi atau kesenangan
masing-masing, contohnya jika anak menyukai musik maka ia bisa mengembangkan
potensinya dengan membuat sebuah band atau mengikuti kursus bermain musik
sehingga potensi anak tersebut redup tanpa ada perkembangan.
Potensi
generasi muda juga dapat membangun rasa bangga pada diri sendiri. Keluarga
dan negara juga merasa bangga atas potensi yang dimiliki oleh anggota keluarga
atau sebagai masyarakat. Tapi bagaimana jika generasi muda saat ini mengisi
hari mereka dengan hanya menghabiskan uang orang tua dengan membeli
barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan, Sex di luar nikah, penyalahgunaan
obat narkotika tak dapat dihindari, mabuk-mabukan (minum-minuman keras), dan
masih banyak lagi hal-hal lain yang buruk. Peran orang tua sangat
dibutuhkan disini agar dapat mengarahkan
sejak dini kemana arah yang paling tepat dan baik untuk perkembangan anak
mereka sehingga generasi muda dapat memiliki potensi yang sangat berguna bagi
nusa dan bangsa.
Di
negara-negara maju, salah satu di antaranya adalah Amerika Serikat, para
mahasiswa sebagai bagian generasi muda, didorong, dirangsang dengan berbagai
motivasi dan dipacu untuk maju dalam berlomba menciptakan suatu ide/gagasan
yang harus diwujudkan dalam suatu bentuk barang, dengan berorientasi pada
teknologi mereka sendiri.
2. Pengertian Pendidikan dan Perguruan
Tinggi
Pendidikan merupakan
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
Peran anggota keluarga yaitu
pengajaran yang amat mendalam sering kali lebih mendalam dari yang disadari
mereka walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.
Pendidikan dasar adalah
jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah
anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan
menengah.
·
Pendidikan menengah
Pendidikan menengah
merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.
Pendidikan tinggi
merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program
sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi baik negeri maupu swasta. Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan
penyelenggara pendidikan tinggi. Peserta didik perguruan tinggi
disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi
disebut dosen.
Menurut jenisnya
perguruan tinggi dibagi menjadi 2, yaitu:
1.
Perguruan tinggi negeri adalah perguruan
tinggi yang pengelolaan dan regulasinya dilakukan oleh Negara.
2.
Perguruan tinggi swasta, adalah
perguruan tinggi yang pengelolaan dan regulasinya dilakukan oleh swasta.
3.
Alasan
untuk Berkesempatan Mengenyam Perguruan Tinggi
Pembicaraan tentang
generasi muda/pemuda, khususnya yang berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi
menjadi penting karena berbagai alasan, yaitu:
Pertama, sebagai
kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mereka memiliki
pengetahuan yang lebih luas tentang masyarakatnya. Hal ini dikarenakan adanya
kesempatan untuk terlibat di dalam pemikiran, pembicaraan serta penelitian
tentang berbagai masalah yang ada di dalam masyarakat. Kesempatan ini tidak
tidak dimiliki oleh generasi muda yang lain pada umumnya. Oleh karena itu, mahasiswa
termasuk yang terkemuka di dalam memberikan perhatian terhadap masalah-masalah
yang dihadapi oleh masyarakat secara nasional.
Kedua,
mahasiswa sebagai kelompok masyarakat yang paling lama mengenyam di bangku
sekolah, maka mahasiswa mendapatkan proses sosialisasi terpanjang secara
berencana dibandingkan dengan generasi muda lainnya yang tidak mengenyam
pendidikan hingga perguruan tinggi. Melalui berbagai mata pelajaran seperti
PMP, Sejarah, dan Antropologi maka berbagai masalah kenegaraan dan
kemasyarakatan dapat diketahui.
Ketiga,
mahasiswa yang berasal dari berbagai etnis dan suku bangsa dapat menyatu dalam
bentuk terjadinya akulturasi sosial dan budaya. Hal ini akan memperkaya khasanah
kebudayaannya , sehingga mampu melihat Indonesia secara keseluruhan.
Keempat,
mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan
kekuasaan, struktur perekonomian dan prestise di dalam masyarakat, dengan
sendirinya merupakan elite di kalangan generasi muda/pemuda, umumnya mempunyai
latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidikan lebih baik dari keseluruhan
generasi muda lainnya. Mahasiswa pada umumnya mempunyai pandangan yang lebih
luas dan jauh ke depan serta keterampilan berorganisasi yang lebih baik
dibandingkan generasi muda yang usianya sebaya dengannya yang tidak mengenyam
bangku pendidikan hingga perguruan tinggi.
Sumber:
0 komentar:
Posting Komentar