Nama : Winda Setianingsih
NPM : 2C314267
Kelas : 1TB03
BAB X
PRASANGKA,
DISKRIMINASI DAN ETNOSENTRISME
1.
PERBEDAAN PRASANGKA DAN DISKRIMINASI
Sikap negatif terhadap
sesuatu disebut dengan prasangka. Jika kita artikan dengan kata lain, prasangka
dapat juga dalam pengertian positif. Sikap
prasangka lebih cenderung ke arah negatif karena pengaruh dari faktor
lingkungan, sikap dan ego yang tinggi, serta mudah terprovokasi dengan orang
lain tanpa ada bukti yang jelas, dan hanya bisa berprasangka dengan orang lain.
Banyak sekali orang-orang yang mudah
berprasangka, namun banyak juga orang-orang yang sangat sulit untuk
berprasangka. Mengapa terjadi perbedaan cukup menyolok? Tampaknya kepribadian
dan intelekgensia, juga faktor lingkungan cukup berkaitan dengan munculnya
prasangka. Seseorang
yang mempunyai prasangka rasial, biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras
yang diprasangkainya, akan tetapi seseorang bertindak diskriminatif tanpa
berlatar belakang pada suatu prasangka.
Akan menjadi lebih
riskan lagi apabila peristiwa itu menjalar lebih luas, sehingga melibatkan
orang-orang di suatu wilayah tertentu, yang diikuti dengan tidakan-tindakan kekerasan
dan destruktif dengan berakibat mendatangkan kerugian yang tidak kecil. Contoh-contoh
lain: Prasangka diskriminasi ras yang berkembang di kawasan Afrika Selatan dan
sekitarnya membuat kawasan ini selalu bergolak. Konflik-konflik antarsuku, antar
ras tak dapat dihindarkan. Lebih jauh antara kelompok minoritas kulit putih
dengan kekuasaan dan kekuatan bersenjata yang lebih tangguh, saling baku hantam
dengan kelompok mayoritas orang-orang kulit hitam. Tindak kekerasan di Afrika
Selatan jelas-jelas merupakan manifestasi dari pertentangan sosial yang
berlarur-larut.
1.1.
SEBAB-SEBAB TlMBULNYA PRASANGKA DAN DISKRIMINASI
a. Berlatar belakang sejarah.
Orang-orang kulit putih di Amerika Serikat berprasangka negatif
terhadap orang-orang Negro, berlatar belakang pada sejarah masa lampau, bahwa orang-orang
kulit putih sebagai tuan atau raja dan orang-orang Negro berstatus sebagai
budak. Padahal, reputasi dan prestasi orang-orang Negro dewasa ini cukup dapat
dibanggakan, terutama dalam bidang olahraga. akan tetapi prasangka terhadap
orang-orang Negro sebagai biang keladi kerusuhan dan keonaran belum sirna
sampai dengan generasi-generasi sekarang ini.
b. Dilatarbelakangi oleh
perkembangan sosio - kultural dan situasional.
Suatu prasangka muncul
dan berkembang dari suatu individu terhadap individu lain, atau terhadap
kelompok sosial tertentu manakala terjadi penurunan status atau terjadi
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh pimpinan Perusahaan terhadap karyawannya. Pada
sisi lain prasangka bisa berkembang lebih jauh, sebagai akibat adanya jurang
pemisah antara kelompok orang-orang kaya dengan golongan orang-orang miskin. Harta
kekayaan orang-orang kaya baru, diprasangkai bahwa harta-harta itu didapat dari
usaha-usaha yang tidak halal. Antara lain dari usaha korupsi dan penyalahgunaan
wewenang sebagai pejabat dan lain sebagainya.
1.2.
DAYA UPAYA UNTUK MENGURANGI DAN MENGHILANGKAN
PRASANGKA DAN
DISKRIMINASI
a.
Perbaikan kondisi sosial ekonomi.
Pemerataan pembangunan
dan usaha peningkatan pendapatan bagi warga negara Indonesia yang masih
tergolong di bawah garis kemiskinan akan mengurangi adanya
kesenjangan-kesenjangan social anatar si kaya dan si miskin. Melalui
pelaksanaan program-program pembangunan yang mantap yang didukung oleh
lembaga-Iembaga ekonomi pedesaan seperti BUUD dan KUD. Juga melalui program Kredit
Candak Kulak(KCK), Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP) dan dalam sektor
pertanian dengan program Intensifikasi Khusus(Insus), Proyek Perkeb.unan Inti
Rakyat(PIR), juga Proyek Tebu Rakyat diperkirakan golongan ekonomi lemah lambat
laun akan dapat menikmati usaha-usaha pemerintah dalam perbaikan sector perekonomian.
b.
Perluasan kesempatan belajar.
Adanya usaha-usaha
pemerintah dalam perluasan kesempatan belajar bagi seluruh warganegara
Indonesia, paling tidak dapat mengurangi prasangka bahwa program pendidikan,
terutama pendidikan tinggi hanya dapat dinikmati oleh kalangan masyarakat
menengah dan kalangan atas. Mengapa? Untuk mencapai jenjang pendidikan tertentu
di perguruan tinggi memang mahaL disamping itu harus memiliki kemampuan otak
dan modal. Mereka akan selalu tercecar dan tersisih dalam persaingan
memperebutkan bangku sekolah. Masih beruntung bagi mereka yang memi liki
kemampuan otak. Jika dapat mencapai prestasi tinggi dan dapat dipertahankan
secara konsisten, beasiswa yang aneka ragam itu dapat diraih dan kantong pun
tidak akan kering kerontang. Dengan memberi kesempatan luas untuk mencapai
tingkat pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi bagi seluruh
warga Negara Indonesia tanpa kecuali, prasangka dan perasaan tidak adil pada sector
pendidikan cepat atau lambat akan hilang lenyap.
c.
Sikap terbuka dan sikap lapang.
Harus selalu kita sadari
bahwa berbagai tantangan yang datang dari luar ataupun yang datang dari dalam
negeri, semuanya akan dapat merongrong keutuhan negara dan bangsa. Kebhinekaan
masyarakat berikut sejumlah nilai yang melekat, merupakan basis empuk bagi timbulnya
prasangka, diskriminasi, dan keresahan.
d.
Perbedaan keyakinan, kepercayaan
dan agama
Prasangka diatas dapat dikatakan sebagai suatu prasangka yang bersifat universal. Contoh dari
Prasangka diatas dapat dikatakan sebagai suatu prasangka yang bersifat universal. Contoh dari
kejadian
ini misalnya konflik Irlandia Utara – Irlandia Selandia, perang Vietnam, perang
Iran dan Irak, perang Palestina dengan Israel. dan lain-lain.
2.
ETNOSENTRISME
Setiap suku bangsa atau
ras tertentu akan memiliki ciri khas kebudayaan yang sekaligus menjadi
kebanggaan mereka. Suku bangsa, ras tersebut dalam kehidupan sehari-hari
bertingkah laku sejalan dengan norma-norma, nilai-nilai yang terkandung dan
tersirat dalam kebudayaan tersebut. Suku bangsa, ras tersebut cenderung
menganggap kebudayaan mereka sebagai salah sesuatu yang prima, ~iil, logis,
sesuai dengan kodrat alam dan sebagainya. Segala yang berbeda dengan kebudayaan
yang mereka miliki, dipandang sebagai sesuatu yang kurang baik, kurang estetis,
bertentangan dengan kodrat alam dan sebagainya. Hal-hal di atas dapat dikenal
sebagai ETNOSENTRISME, yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan
norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai suatu yang prima, terbaik, mutlak,
dan dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan
kebudayaan lain.
Sumber: