ARSITEKTUR
SADAR LINGKUNGAN
EKOLOGI
Ekologi biasanya dimengerti sebagai hal-hal yang saling mempengaruhi segala jenis mahluk hidup (tumbuhan, binatang , manusia) dan lingkungannya ( cahaya, suhu, curah hujan, kelembapan, topografi, dsb.) Istilah Ekologi secara luas berati kehidupan manusia dengan lingkungannya baik dengan makhluk hidup maupun benda mati, yang menghormati dan memasuki diri sendiri di dalam daur ulang alam. Secara tersebut memungkinkan kehidupan masyarakat yang sehat di dalam lingkungannya.
Ekologi
adalah ilmu pengetahuan mengenai hubungan antara sesama mahluk hidup serta antara
mahluk hidup dengan lingkungannya, aliran energinya dan interaksinya dengan sekitar.
ARSITEKTUR
SADAR LINGKUNGAN
Salah
satu kehidupan dasar manusia adalah papan (rumah) disamping sandang dan pangan.
Pemuasan kebutuhan dasar di bidang arsitektur sebaiknta dilaksanakan dengan pembangunan
yang sehat dan ekologis, menurut Rudolf Doernach merupakan ‘bangunan hidup’ dan
bukan dengan pembangunan teknis saja yang menantang kehidupan yang menurut
Rudolf Doernach adalah ‘bangunan mati’. Atas dasar pengetahuan dasar –dasar
ekologi, maka perhatian pada arsitektur sebagai ilmu teknik dialihkan kepada
arsitektur kemanusiaan yang memperhitungkan juga keselarasan dengan alam.
Arsitektur yang sadar lingkungan adalah bidang keilmuan yang mempengaruhi usaha
terhadap kelanjutan, keselarasan ekologi, dan kegiatan manusia yaitu yang menyangkut
masalah :
§ pemeliharaan
dan perawatan biosfer
§ mendaur
ulang sumber bahan baku alam
§ pentrasformasikan
energi secukupnya secara ekonomis
Saat
ini hampir semua gedung modern merupaka sistem tertutup yang menggunakan bahan
sintetis yang canggih seperti kaca atau aluminium (yang bersifat padat, tidak berpori
yang menghambat sirkulasi) sehingga menggunakan penghawaan teknis (AC), menggunakan
bahan pelapis dinding dan langit – langit yang tipis dengan permukaan licin dan
keras sehingga tidak dapat meredam suara dan panas. Menyadari hal tersebut, hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah
§ Perencanaan
arsitektur
§ Penentuan
struktur dan kontruksi
§ Pemilihan
material
§ Pengetahuan
ekologi
ARSITEKTUR
YANG SADAR LINGKUNGAN
1. Holistik
Konsep ekologi arsitektur yang holistik sebenarnya, eko-arsitektur tersebut mengandung juga bagian-bagian dari arsitektur biologis (arsitektur kemnusiaan yang memperhatikan kesehatan), arsitektur alternatif, arsitektur matahari (dengan memanfaatkan energi surya), arsitektur bionik (teknik sipil dan konstruksi yang memperhatikan kesehatan manusia), serta biologi pembangunan. Maka istilah eko-arsitektur adalah istilah holistik yang sangat luas dan mengandung semua bidang. Eko-arsitektur tidak menentukan apa yang seharusnya terjadi dalam arsitektur karena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau ukuran baku. Namun, eko-arsitektur mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Eko-arsitektur mengandung juga dimensi yang lain seperti waktu, lingkungan alam, sosio cultural, ruang, serta teknik bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa eko-arsitektur bersifat lebih kompleks, padat, vital dibandingkan dengan arsitektur pada umumnya.
2. Hemat Energi.
Manusia hidup
bagi banyak kegiatan ia pasti memerlukan energi, untuk menyediakan makanan,
untuk membakar batu bara dan untuk memproduksi peralatan dalam bentuk apapun
dan pasti akan selalu membebani lingkungan alam. Api yang dapat memberikan
kehangatan dan menerangi kegelapan tetapi yang juga mengandung kekuatan merusak
yang menakutkan, dapat melambangkan energi dan bahan bakarnya. Bahan bakar
dapat digolongkan menjadi 2 kategori yaitu yang dapat diperbaharui dan yang
tidak dapat diperbaharui. Walaupun kita telah mengetahui perbedaan diantara
keduanya, manusia tetap cenderung memanfaatkan energi yang tidak dapat
diperbaharui (batu bara, minyak, dan gas bumi) karena dianggap penggunaannya
lebih mudah. Penggunaan energi untuk seluruh dunia diperkirakan 3x1014
MW per tahun, yang berarti bahwa bahaya bagi manusia bukan hanya terletak pada
kekurangan energi tetapi juga pada kebanyakan energi yang dibakar dan mengakibatkan
kelebihan karbondioksida di atsmosfer yang mempercepat efek rumah kaca dan
pemanasan global.
3.
Material Ramah Lingkungan.
Adapun
prinsip-prinsip ekologis dalam penggunaan bahan bangunan :
·
Menggunakan
bahan baku, energi, dan air seminimal mungkin.
· Semakin
kecil kebutuhan energi pada produksi dan transportasi, semakin kecil pula
limbah yang dihasilkan.
·
Bahan-bahan
yang tidak seharusnya digunakan sebaiknya diabaikan.
· Bahan
bangunan diproduksi dan dipakai sedemikian rupa sehingga dapat dikembalikan
kedalam rantai bahan (didaur ulang).
· Menggunakan
bahan bangunan harus menghindari penggunaan bahan yang berbahaya (logam berat,
chlor).
·
Bahan
yang dipakai harus kuat dan tahan lama.
·
Bahan
bangunan atau bagian bangunan harus mudah diperbaiki dan diganti.
4. Peka Terhadap Iklim
Pengaruh
iklim pada bangunan. Bangunan sebaiknya dibuat secara terbuka dengan jarak yang
cukup diantara bangunan tersebut agar gerak udara terjamin. Orientasi bangunan
ditepatkan diantara lintasan matahari dan angin sebagai kompromi antara letak
gedung berarah dari timur ke barat, dan yang terletak tegak lurus terhadap arah
angin. Gedung sebaiknya berbentuk persegi panjang yang menguntungkan penerapan ventilasi
silang.
Sumber:
0 komentar:
Posting Komentar