Mengenal Lebih
Dalam Bangunan Kedai Seni Djakarte
Di postingan sebelumnya, saya sudah menjelaskan
mengenai salah satu contoh bangunan cagar budaya yang akan dibahas yaitu Kedai
Seni Djakarte yang terletak di Jakarta Barat, tepatnya di Kawasan Kota Tua. Kafe
ini sebelumnya adalah bagian dari asuransi kompleks gedung ce yang disebut
Batavia Zee en Brand Assurantie Mij. Bangunan ini dirancang dan dibangun pada
awal abad ke-20 oleh arsitek PAJ Moojen. Fasad utama 3 lantai, yang menghadap
Jalan Kali Besar dipengaruhi oleh gaya Neo-Klasik, sedangkan bagian belakang,
menghadap Jalan Pintu Besar adalah struktur 2 lantai yang lebih sederhana yang
khas dari bangunan pasangan bata Eropa di daerah tersebut. Lokasi Kedai Café
Seni Djakarte saat ini pada mulanya merupakan bagian dari garasi dan bagian
gudang dari kompleks Zee en Brand Assurantie Batavia Mij.
Dalam perjalanannya, gedung asuransi ini
pernah mengalami beberapa ganti kepemilikan dan alih fungsi bangunan. Pada
tahun 1941, gedung ini pernah menjadi gedung Java Sea & Fire Insurance
Co. Ltd. Plakatnya masih tertempel di dinding luar, di antara dua pintu
besarnya. Sekitar tahun 1963 gedung ini diambil alih oleh perseorangan.
Foto lawas memperlihatkan bahwa gedung tersebut berubah menjadi gedung
Bar-Bar. Hal ini diketahui dari tulisan Bar di atas pintu besar yang berada di
selatan, dan tulisan Bar yang satunya ditempatkan di atas pintu besar yang
berada di utara. Pada tahun 1983 gedung ini selanjutnya dijadikan kantor untuk
gudang distribusi alkohol ke apotek-apotek yang ada di Jakarta. Lalu, pada
tahun 1990 gedung ini ditinggalkan dan dibiarkan kosong lagi. Sehingga, gedung
ini hampir ambruk di mana atapnya sudah rontok. Pada tahun 1998 bagian dari
gedung ini yang menghadap ke Kali Besar, kepemilikannya berpindah tangan ke
Jasa Raharja. Sedangkan, bagian bangunan yang menghadap ke Museum Sejarah
Jakarta pada tahun 2008 difungsikan untuk usaha tekstil.
Pada tahun 2013 gedung ini menjadi sebuah kafe setelah
memperbaiki bagian atapnya yang rusak. Kafe ini diberi nama Kedai Seni
Djakarte, dan dikelola oleh Susi Ratnawati. Di awal 2014 kembali dilakukan
perbaikan karena ternyata saluran air rusak. Kemudian di tahun 2015, Kedai Seni
Djakarte mendapat bantuan dari UNESCO. Tujuan utama dalam pemugaran ini adalah
perbaikan kuda-kuda atap yang lapuk untuk menjamin kekokohan dan perpanjangan
umur bangunan. Selain itu juga dalam upaya untuk memperbaiki tampak bangunan
agar utuh dan sesuai dengan kondisi aslinya. Pekerjaan ini adalah proyek
percontohan pemugaran bangunan cagar budaya oleh UNESCO Jakarta, yang merupakan
bagian dari program revitalisasi Kota Tua Jakarta. Fasad bangunan ini relatif
sederhana dengan desain bata sederhana dengan jendela kayu dan daun jendela.
Tidak memiliki hiasan dekoratif kecuali lampu utama jendela kaca di atas kanopi
kayu dari dua pintu utama.
Area lantai dasar dari café Djakarte saat ini adalah
sekitar 160 m2 dan luas lantai yang sama di lantai atas. Tidak ada
ruang luar yang dapat diakses sebagai bagian dari kafe ini. Sebagian dari jalan
digunakan sebagai area makan ruang luar bagi pengunjung. Ada dua ruang utama di
lantai dasar masing-masing sekitar 60 m2. Ruang-ruang itu antara
lain area makan dan dapur kafe, serta terdapat pula toilet dan ruang
penyimpanan.
Di lantai pertama adalah dua kamar makan berukuran sama
yang menghadap ke jalan. Ini ruang juga digunakan sebagai galeri seni kecil.
Bangunan ini tidak menggunakan AC, namun terdapat sebuah kipas ekstraksi
exhaust yang besar. Tangga berlapis marmer mengarah dari lantai dasar ke lantai
pertama. Pegangan tubular dari perunggu hilang dan langkan besi tempa yang
terbuka adalah bahaya. Pegangan kayu bulat baru-baru ini dipasang sebagai
pegangan pengganti yang lebih murah dan untuk alasan keamanan.
Ada dua toilet di bangunan ini, yaitu lantai dasar di
bawah tangga dan lantai 1. Serta terdapat pula mushola di area lantai satu.
Bangunan ini tidak memiliki teras, namun gedung café Djakarte memiliki jendela agar
cahaya dapat masuk ke dalam ruangan.
Nama kafe ini memang terdengar agak unik.
Ide membuat kedai dan galeri pun hadir setelah pemugaran selesai. Pada awalnya,
galeri menjadi ide pertama karena suami dari pengelola kafe ini adalah seorang
seniman. Tapi karena melihat pasar, akhirnya menghidupkan terlebih dahulu sisi
kedainya. Jadi, penamaan kedai seni ini sesungguhnya lahir dari ide
untuk membuat kedai dan toko seni. Namun, sekarang ini rencana tersebut seiring
waktu sudah mulai mendekati kenyataannya. Lantai 1 digunakan sebagai kafe yang
menyediakan berbagai aneka masakan dan minuman, dan lantai 2 pengunjung bisa
melihat berbagai lukisan hasil karya pemilik kedai ini, yang tak lain adalah
suami dari pengelola kedai seni ini.
Sumber: