Konservasi
Arsitektur: Kedai Seni Djakarte
Konservasi suatu bangunan kolonial khususnya
di Jakarta, merupakan bentuk apreasiasi pada perjalanan sejarah bangsa
Indonesia, pendidikan dan pembangunan wawasan intelektual bangsa antar
generasi. Konservasi bukan berarti cara untuk mengenang kolonialisme dan ketidakberdayaan
bangsa, tetapi mempertahankan kemerdekaan yang sudah diraih dengan mengisi
karya-karya yang lebih baik. Dengan demikian sangat keliru bilamana suatu
program pelestarian hanya ditujukan untuk tujuan estetika atau romantisme masa
lalu belaka.
Konservasi adalah upaya yang dilakukan
manusia untuk melestarikan atau melindungi alam. Secara harfiah,
konservasi berasal dari kata bahasa Inggris, yaitu conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan. Kegiatan
konservasi antara lain: preservasi, restorasi, replikasi, rekonstruksi, revitalisasi
dan/atau penggunaan untuk fungsi baru suatu aset masa lalu, rehabilitasi.
Aktivitas tersebut tergantung dengan kondisi, persoalan dan kemungkinan yang
dapat dikembangkan dalam upaya pemeliharaan lebih lanjut. Dari pengertian
mengenai konservasi tersebut, maka seharusnya memungkinkan fungsi bangunan lama
untuk dimanfaatkan untuk kegiatan baru yang lebih relevan selain memungkinkan
pula pengalihan kegiatan lama oleh aktivitas baru tanpa harus menghancurkannya.
Persoalan pelestarian bangunan tidak saja memfokuskan pada arsitektur saja,
tetapi secara kritis harus tanggap terhadap persoalan sosial ekonomi budaya
lingkungan tersebut.
Suatu bangunan dapat dikatakan sebagai
bangunan konservasi atau cagar budaya sehingga dikenai aturan untuk
melestarikannya mengacu pada kriteria yang telah ditentukan. Pasca monumen
ordonansi yang dijadikan keketapan hukum pada jaman pemerintahan Hindia Belanda
maka pemerintah Republik Indonesia membuat Undang Undang No. 5 tahun 1992
tentang Benda Cagar Budaya. Dalam UU No. 5 bab 1 pasal 1 tersebut dikemukakan bahwa yang
dimaksud dengan benda cagar budaya adalah:
1.
Benda buatan
manusia, bergerak atau tidak bergerak, yang berupa kesatuan atau kelompok, atau
bagian-bagian atau sisa sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun atau
mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50
tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
dan kebudayaan.
2.
Benda alam yang
dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Bangunan cagar budaya sendiri dibagi dalam 3 golongan,
yaitu:
1.
Bangunan cagar
budaya Golongan A (Utama), yaitu bangunan cagar budaya yang memenuhi 4 kriteria
dan harus dipertahankan dengan cara preservasi.
2. Bangunan cagar
budaya Golongan B (Madya), yaitu bangunan cagar budaya yang memenuhi 3 kriteria dan bangunan
cagar budaya ini dapat dilakukan pemugaran dengan cara restorasi/rehabilitasi atau rekonstruksi.
3.
Bangunan cagar
budaya Golongan C (Pratama), yaitu bangunan cagar budaya yang memenuhi 2 kriteria dan bangunan cagar budaya ini dapat dilakukan
pemugaran dengan cara revitalisasi/adaptasi.
Pemugaran Bangunan Cagar Budaya
Golongan A:
-
Bangunan dilarang
dibongkar dan atau diubah.
- Apabila kondisi
fisik bangunan buruk, roboh, terbakar atau tidak layak tegak dapat dilakukan
pembongkaran untuk dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengan aslinya.
- Pemeliharaan dan
perawatan bangunan harus menggunakan bahan yang sama / sejenis atau memiliki
karakter yang sama, dengan mempertahankan detail ornamen bangunan yang telah
ada.
- Dalam upaya
revitalisasi memungkinkan adanya penyesuaian / perubahan fungsi sesuai rencana
kota yang berlaku tanpa mengubah bentuk bangunan aslinya.
- Di dalam persil
atau lahan bangunan cagar budaya memungkinkan adanya bangunan tambahan yang
menjadi satu kesatuan yang utuh dengan bangunan utama.
Pemugaran Bangunan Cagar Budaya
Golongan B:
- Bangunan dilarang
dibongkar secara sengaja, dan apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh,
terbakar atau tidak layak tegak dapat dilakukan pembongkaran untuk dibangun
kembali sama seperti semula sesuai dengan aslinya.
- Pemeliharan dan
perawatan bangunan harus dilakukan tanpa mengubah pola tampak depan, atap, dan
warna, serta dengan mempertahankan detail dan ornamen bangunan yang penting.
- Dalam upaya
rehabilitasi dan revitalisasi memungkinkan adanya perubahan tata ruang dalam
asalkan tidak mengubah struktur utama bangunan.
- Di dalam persil
atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan adanya bangunan tambahan yang
menjadi satu kesatuan yang utuh dengan bangunan utama
Pemugaran Bangunan Cagar Budaya
Golongan C:
-
Perubahan bangunan
dapat dilakukan dengan tetap mempertahankan pola tampak muka, arsitektur utama
dan bentuk atap bangunan.
-
Detail ornamen dan
bahan bangunan disesuaikan dengan arsitektur bangunan disekitarnya dalam
keserasian lingkungan.
-
Penambahan
Bangunan di dalam perpetakan atau persil hanya dapat dilakukan di belakang
bangunan cagar budaya yang harus sesuai dengan arsitektur bangunan cagar budaya
dalam keserasian lingkungan.
-
Fungsi bangunan
dapat diubah sesuai dengan rencana Kota.
Salah satu contoh bangunan cagar budaya yang akan dibahas yaitu Kedai Seni Djakarte yang terletak di Wilayah Jakarta Barat, tepatnya di Kawasan Kota Tua. Kafe ini sebelumnya adalah bagian dari asuransi kompleks yang disebut Batavia Zee en Brand Assurantie Mij. Bangunan ini dirancang dan dibangun pada awal abad ke-20 oleh arsitek PAJ Moojen. Fasad yang menghadap Jalan Kali Besar ini dipengaruhi oleh gaya Neo-Klasik, sedangkan bagian belakang menghadap Jalan Pintu Besar yaitu lebih sederhana yang khas dari bangunan pasangan bata Eropa di daerah tersebut. Lokasi Kedai Seni Djakarte ini pada mulanya merupakan bagian dari garasi dan bagian gudang dari komplek Zee en Brand Assurantie Batavia Mij.
Dalam perjalanannya, gedung
asuransi ini pernah mengalami beberapa ganti kepemilikan dan alih fungsi
bangunan. Pada tahun 1941, gedung ini pernah menjadi gedung Java Sea &
Fire Insurance Co. Ltd. Plakatnya masih tertempel di dinding luar, di antara
dua pintu besarnya. Sekitar tahun 1963 gedung ini diambil alih oleh
perseorangan. Foto lawasmemperlihatkan bahwa gedung tersebut berubah
menjadi gedung Bar-Bar. Hal ini diketahui dari tulisan Bar di atas pintu besar
yang berada di selatan, dan tulisan Bar yang satunya ditempatkan di atas pintu
besar yang berada di utara. Pada tahun 1983 gedung ini selanjutnya dijadikan
kantor untuk gudang distribusi alkohol ke apotek-apotek yang ada di Jakarta.
Lalu, pada tahun 1990 gedung ini ditinggalkan dan dibiarkan kosong lagi.
Sehingga, gedung ini hampir ambruk di mana atapnya sudah rontok. Pada tahun
1998 bagian dari gedung ini yang menghadap ke Kali Besar, kepemilikannya
berpindah tangan ke Jasa Raharja. Sedangkan, bagian bangunan yang menghadap
ke Museum Sejarah Jakarta pada tahun 2008 difungsikan untuk usaha
tekstil. Pada tahun 2013 gedung ini menjadi sebuah kafe setelah memperbaiki
bagian atapnya yang rusak. Kafe ini diberi nama Kedai Seni Djakarte, dan
dikelola oleh Susi Ratnawati. Renovasi tak selesai sampai di situ, di awal 2014
kembali dilakukan perbaikan karena ternyata saluran air rusak. Kemudian di
tahun 2015, Kedai Seni Djakarte mendapat bantuan dari UNESCO. Tujuan utama
dalam pemugaran ini adalah perbaikan kuda-kuda atap yang lapuk untuk menjamin
kekokohan dan perpanjangan umur bangunan. Selain itu juga dalam upaya untuk
memperbaiki tampak bangunan agar utuh dan sesuai dengan kondisi aslinya.
Pekerjaan ini adalah proyek percontohan pemugaran bangunan cagar budaya oleh
UNESCO Jakarta, yang merupakan bagian dari program revitalisasi Kota Tua
Jakarta.
Nama kafe ini memang terdengar agak unik.
Ide membuat kedai dan galeri pun hadir setelah pemugaran selesai. Pada awalnya,
galeri menjadi ide pertama karena suami dari pengelola kafe ini adalah seorang
seniman. Tapi karena melihat pasar, akhirnya menghidupkan terlebih dahulu sisi
kedainya. Jadi, penamaan kedai seni ini sesungguhnya lahir dari ide
untuk membuat kedai dan toko seni. Namun, sekarang ini rencana tersebut seiring
waktu sudah mulai mendekati kenyataannya. Lantai 1 digunakan sebagai kafe yang
menyediakan berbagai aneka masakan dan minuman, dan lantai 2 pengunjung bisa
melihat berbagai lukisan hasil karya pemilik kedai ini, yang tak lain adalah
suami dari pengelola kedai seni ini.
Lantai 1 Kedai Seni Djakarte |
Lantai 2 Kedai Seni Djakarte |
Sumber: